BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Latar belakang
penyusunan makalah ini adalah karena ada tuntutan untuk mengetahui
strategi-strategi pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran di sekolah,
juga memadukan berbagai media dan teknologi agar dapat menarik minat siswa
untuk belajar lebih giat.
B.
Rumusan Masalah
1. Strategi Pembelajaran di kelas
2. Prinsip Pemilihan Media Pembelajaran
3. Strategi dan Media yang Berpusat Pada
Guru dan Siswa
4. Strategi Penggunaan Media Pembelajaran
5. Teknologi Gabungan
C.
Metode Penulisan
Research
library, dan dengan mengutip dari buku-buku, kemudian penyusun simpulkan dalam
bentuk makalah.
D.
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui strategi pembelajaran
di kelas
2. Untuk mengetahui prinsip pemilihan media
pembelajaran
3. Untuk mengetahui strategi dan media yang
berpusat pada guru dan siswa
4. Untuk mengetahui strategi penggunaan
media pembelajaran
5. Untuk mengetahui teknologi gabungan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Strategi pembelajaran di kelas
Menurut Nana Sudjana
dalam bukunya Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, bahwa strategi mengajar
merupakan tindakan guru dalam melaksanakan rencana mengajar, artinya: usaha
guru dalam menggunakan beberapa variabel pengajaran seperti tujuan, bahan,
metode dan alat serta evaluasi, agar dapat mempengaruhi siswa mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Strategi mengajar pada
dasarnya adalah tindakan nyata dari guru atau merupakan praktek guru
melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu yang dinilai lebih efektif dan
efisien. Dengan kata lain, strategi mengajar adalah politik atau taktik yang
digunakan guru dalam proses pembelajaran di kelas.
Menurut Mayer (1977:
54) ada beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam memilih strategi
pembelajaran[1],
yaitu:
1. Berorientasi pada tujuan pembelajaran.
Tipe perilaku apa yang diharapkan dapat tercapai oleh siswa.
2. Pilih metode dan teknik pembelajaran
yang sesuai dengan keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki siswa saat
bekerja nanti (berorientasi pada dunia kerja).
3. Gunakan media pembelajaran yang sebanyak
dan sevariasi mungkin untuk memberikan rangsangan pada semua indera siswa.
Secara umum ada tiga
tahapan pokok yang terdapat pada strategi pembelajaran yakni tahapan pemula
(pra Instruksional), tahapan pengajaran (Instruksional), dan tahapan penilaian
dan tindak lanjut.
1.
Tahapan Pra Instruksional
Tahap pra instruksional
adalah tahapan yang ditempuh guru pada saat ia memulai proses belajar mengajar.
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru atau siswa pada tahapan ini
adalah:
a.
Guru
menanyakan kehadiran siswa dan mencatat siapa yang tidak hadir, tidak perlu di
absensi satu per satu, cukup ditanyakan yang tidak hadir saja dengan alasannya.
b.
Bertanya
kepada siswa sampai di mana pembahasan pelajaran sebelumnya (pre-test).
c.
Mengajukan
pertanyaan kepada siswa tentang bahan pelajaran yang sudah diberikan
sebelumnya.
d.
Memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum
dikuasainya dari pelajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya.
e.
Mengulang
kembali bahan pelajaran yang lalu (bahan pelajaran sebelumnya) secara singkat
tapi mencakup semua aspek bahan yang telah dibahas sebelumnya.
Tujuan tahapan ini pada
hakikatnya adalah mengungkapkan kembali tanggapan siswa terhadap bahan yang
telah diterimanya dan menumbuhkan kondisi belajar dalam hubungannya dengan
pelajaran hari itu.
2.
Tahapan Instruksional
Tahap kedua adalah
tahap pembelajaran atau tahap inti. Yakni tahapan memberikan bahan pelajaran
yang telah disusun guru sebelumnya. Secara umum dapat diidentifikasi beberapa
kegiatan sebagai berikut:
a.
Menjelaskan
kepada siswa tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa.
b.
Menuliskan
pokok materi yang akan dibahas hari itu.
c.
Membahas
materi pokok yang telah dituliskan tadi.
d.
Pada
setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh kongkrit.
e.
Penggunaan
alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan setiap pokok materi sangat
diperlukan.
f.
Menyimpulkan
hasil pembahasan dari semua pokok materi.
Ahmad
Sabri (2002: 2):”Harus diperhatikan bahwa kegiatan yang ditempuh dalam tahapan
instruksional, sebaiknya dititikberatkan kepada siswa yang harus lebih aktif
melakukan kegiatan belajar. Untuk itu maka haruslah dipilih pendekatan mengajar
yang berorientasi kepada cara belajar siswa aktif”[2].
3.
Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut
Tahapan yang ketiga
atau yang terakhir dari strategi mengajar adalah tahap evaluasi atau penilaian
dan tindak lanjut. Tujuan tahapan ini, ialah untuk mengetahui tingkat keberhasilan
dari tahapan kedua (instruksional). Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini
antara lain:
a.
Mengajukan
pertanyaan kepada siswa mengenai semua pokok materi yang telah dibahas pada
tahapan kedua.
b.
Apabila
pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa kurang dari 70%, maka
guru harus mengulang kembali materi yang belum dikuasai siswa.
c.
Untuk
memperkaya pengetahuan siswa, materi yang dibahas, guru dapat memberikan tugas
atau pekerjaan rumah yang ada hubungannya dengan topik atau pokok materi yang
telah dibahas.
d.
Akhiri
pelajaran dengan menjelaskan atau memberitahukan pokok materi yang akan dibahas
pada pelajaran berikutnya.
Ketiga
tahapan yang telah dibahas di atas merupakan satu rangkaian kegiatan yang
terpadu, tidak terpisahkan satu sama lain. Guru dituntut untuk dapat mengatur
waktu kegiatan secara fleksibel, sehingga ketiga rangkaian tersebut diterima
oleh siswa secara utuh.
B.
Prinsip pemilihan media pembelajaran
Di dalam memilih media
pembelajaran, guru harus memperhatikan beberapa kategori atau prinsip di bawah
ini agar pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran:
1.
Tujuan
pemilihan
Memilih media yang akan digunakan
harus berdasarkan maksud dan tujuan pemilihan yang jelas. Apakah pemilihan
media itu untuk pembelajaran (siswa belajar), untuk informasi yang bersifat
umum, ataukah hanya untuk hiburan saja mengisi waktu santai? Lebih spesifik
lagi, apakah untuk pengajaran kelompok atau pengajaran individual, apakah untuk
sasaran tertentu seperti anak TK, SD, SLTP, SLTA, tuna rungu, tuna netra,
masyarakat pedesaan ataukah masyarakat perkotaan. Tujuan pemilihan ini
berkaitan dengan kemampuan berbagai media[3].
2.
Karakteristik media pembelajaran
Setiap media mempunyai
karakteristik tertentu, baik dilihat dari segi keampuhannya, cara pembuatannya,
maupun cara penggunaannya. Memahami karakteristik berbagai media pembelajaran
merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam kaitannya dengan
keterampilan pemilihan media pembelajaran. Di samping itu memberikan kemungkinan
pada guru untuk menggunakan berbagai jenis media pembelajaran secara
bervariasi. Sedangkan apabila kurang memahami karakteristik media tersebut,
guru akan dihadapkan kepada kesulitan dan cenderung bersikap spekulatif.
3.
Alternatif pilihan
Memilih pada hakikatnya
adalah proses membuat keputusan dari berbagai alternatif pilihan. Guru bisa
menentukan pilihan media mana yang akan digunakan apabila terdapat beberapa
media yang dapat diperbandingkan. Sedangkan apabila media pembelajaran itu
hanya ada satu, maka guru tidak bisa memilih, tetapi menggunakan apa adanya.
Pemilihan dan penggunaan media perlu memperhatikan kriteria[4]
berikut ini:
a. Tujuan
Media hendaknya menunjang tujuan
instruksional yang telah dirumuskan.
b. Tepat guna (validitas)
Tepat dan berguna bagi pemahaman
bahan yang dipelajari.
c. Keadaan peserta didik
Kemampuan daya pikir
dan daya tangkap peserta didik perlu pertimbangan.
d. Ketersediaan
Pemilihan perlu memperlihatkan
ada/tidak media tersedia diperpustakaan/di sekolah serta mudah sulitnya
diperoleh.
e. Mutu teknis
Media harus
memiliki kejelasan dan kualitas yang baik.
f. Biaya
Hal ini merupakan pertimbangan
bahwa biaya yang dikeluarkan apakah seimbang dengan hasil yang dicapai.
C.
Strategi dan media yang berpusat pada guru dan siswa
Ada beberapa strategi
pembelajaran yang dapat digunakan menurut Rowntree (1974):
1.
Strategi
penyampaian (exposition)
Bahan pelajaran disajikan kepada
siswa dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk menguasai bahan tersebut.
Materi disajikan begitu saja kepada siswa, tidak tidak dituntut untuk
mengolahnya. Kewajiban siswa adalah menguasai secara penuh. Dengan demikian,
guru berfungsi sebagai penyampai informasi[5].
2.
Strategi discovery
Bahan pelajaran dicari
dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktivitas, sehingga tugas
guru lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswa.
3.
Strategi belajar individual
Ini
di lakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan dan keberhasilan
siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu siswa yang bersangkutan. Bahan
pelajaran serta bagaimna mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri.
4.
Strategi belajar kelompok
Ini dilakukan secara
berkelompok. Sekelompok siswa diajar oleh seorang atau beberapa orang guru. Strategi
ini tidak memerhatikan kecepatan belajar individu, setiap individu dianggap
sama. Oleh karena ini, belajar dalam kelompok dapat terjadi siswa yang memiliki
kemampuan tinggi akan terhambat oleh siswa yang mempunyai kemampuan baisa-biasa
saja, begitu juga sebaliknya.
Sebenarnya media
pembelajaran itu banyak sekali, namun kami hanya akan menjabarkan media yang
biasa digunakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Ada empat jenis media
pembelajaran, yaitu: alat visual, alat auditif, alat audio-visual, dan alat
tiga dimensi. Keempat media tersebut ada yang berpusat pada guru, dan ada juga
yang berpusat pada siswa.
1.
Media
yang berpusat pada guru:
Media visual:
a.
Papan
tulis
Papan tulis
sangat membantu proses belajar mengajar. Dengan papan tulis, guru dapat
menjelaskan atau menuliskan materi pelajaran. Penggunaan papan tulis dipusatkan
pada guru, meskipun pada suatu waktu ada peran siswa di dalam penggunaannya.
Papan tulis banyak sekali manfaatnya, yaitu:
1)
Penyajian
pelajaran dapat dilakukan dengan jelas selangkah demi selangkah secara
sistematis di papan tulis.
2)
Apabila
terdapat kekeliruan atau kesalahan, hal ini akan dapat segera dilihat dan
dinilai oleh guru, dan segera dapat dilakukan perbaikan.
3)
Papan
tulis merangsang siswa untuk bekerja lebih baik.
4)
Apabila
suatu ide atau masalah ditulis di papan tulis, siswa dapat melihat dan
membacanya dengan jelas, hal ini akan mendorong siswa untuk berpartisipasi
dalam bentuk diskusi.
5)
Mendorong
motivasi belajar, karena siswa pada umumnya senang bekerja di papan tulis.
b.
Slide
Slide adalah
gambar yang diproyeksikan, dapat dilihat dengan mudah oleh semua siswa secara
bersama-sama. Penyajian dalam bentuk slide dapat menimbulkan dan mempertinggi
minat siswa untuk belajar, namun masih dalam pengawasan guru, guru yang
berperan menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan slide. Slide dapat
digunakan pada semua bidang pelajaran dan pada setiap tingkatan usia.
Media
audio-visual:
a. Film
(gambar hidup)
Film adalah perkembangan gambar
dengan gerakan dan suara yang dapat dilihat dan didengar. Film adalah media
yang baik guna melengkapi pengalaman-pengalaman dasar bagi siswa di kelas untuk
membaca, diskusi, dan kegiatan belajar lainnya. Film memberikan penyajian yang
lebih baik, baik bagi siswa yang kurang intelektualnya maupun siswa yang
intelektualnya di atas rata-rata akan merasakan manfaat dari film tersebut
walaupun dengan tingkat pemahaman yang berbeda. Namun guru yang sangat berperan
dalam penggunaan film ini, harus dengan bimbingan guru[6].
b. Televisi
Televisi adalah suatu perlengkapan
elektronis yang pada dasarnya sama dengan gambar hidup yang meliputi gambar dan
suara. Guru berperan menjelaskan materi atau kandungan yang termuat di dalam
tayangan televisi tersebut. Televisi bersifat langsung dan nyata, dapat
memperluas tinjauan kelas, dapat menciptakan kembali semua peristiwa masa
lampau, dapat mempertunjukkan banyak hal dan banyak segi yang beranekaragam,
banyak mempergunakan sumber masyarakat. Televisi juga menarik minat baik
terhadap anak-anak maupun orang dewasa.
Media tiga
dimensi:
Salah satu media tiga dimensi ini adalah
model. Contoh model yang biasa digunakan di sekolah adalah patung atau miniatur.
Biasanya untuk pelajaran IPA digunakan alat peraga berupa patung. Guru dapat
menjelaskan apa saja yang terdapat di patung yang berkaitan dengan materi
pelajaran[7].
2.
Media
yang berpusat pada siswa:
Media visual:
a.
Bulletin
board (papan buletin)
Papan buletin adalah halaman papan
yang khusus digunakan mempertunjukkan contoh-contoh dari pekerjaan siswa,
gambar-gambar, kartu-kartu poster dan lain-lain. Sesuai dengan perkembangan dan
kemajuan ilmu pengetahuan, papan buletin diintegrasikan dalam program
pendidikan sekolah. Alat ini menjadi tempat guru dan siswa melakukan proyek
kerja. Namun yang lebih berperan dalam penggunaan alat ini adalah siswa dan ditujukan kepada siswa.
Melalui papan buletin, dapat dilihat penggunaan alat-alat peraga, dan kurikulum
yang digunakan oleh sekolah. Jadi jelas bahwa tujuan papan buletin adalah
sebagai tempat menjelaskan peristiwa-peristiwa, peraturan-peraturan sekolah,
daftar-daftar, dan informasi-informasi lainnya.
b.
Peta
dan globe
Peta dan globe biasa digunakan pada
mata pelajaran IPS. Guru bisa memperkenalkan peta dan globe itu di hadapan
siswa, kemudian siswa yang melakukan kegiatan belajar, misalnya dengan cara
mengadakan penelitian atau diskusi kelompok tentang keadaan wilayah atau sebagainya.
Dalam menggunakan alat ini, siswa dituntut untuk aktif.
Media auditif:
a.
Radio
dan rekaman
Radio dapat memberikan berita yang
up-to date, menarik minat siswa, berdasarkan dengan fakta, dan mendorong
kreativitas siswa. Rekaman juga dapat mendorong berbagai kegiatan belajar,
dapat memberikan bermacam-macam bahan pelajaran, dan menjadikan pelajaran lebih
kongkrit. Dengan alat ini, siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran. Alat
ini juga dapat melatih ketajaman pendengaran siswa.
D.
Strategi penggunaan media
Ada beberapa alasan
mengapa media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa. Alasan
pertama, berkenaan dengan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar
mengajar siswa[8],
antara lain:
1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa
sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
2. Bahan pelajaran akan lebih jelas
maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa, dan memungkinkan siswa
menguasai tujuan pembelajaran dengan baik.
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi,
tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru.
4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan
belajar.
Alasan
kedua mengapa penggunaan media pembelajaran dapat mempertinggi proses dan hasil
belajar adalah berkenaan dengan taraf berpikir siswa. Taraf berpikir manusia
mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berpikir kongkrit menuju berpikir
abstrak, dimulai dari berpikir sederhana menuju berpikir kompleks. Penggunaan
media pembelajaran erat kaitannya dengan tahapan berpikir tersebut sebab
melalui media pembelajaran, hal-hal yang bastrak dapat dikongkritkan dan
hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan.
Dalam
memilih dan menggunakan media, guru sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut:
1.
Ketepatannya
dengan tujuan pembelajaran, artinya media pembelajaran dipilih dan digunakan
atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan.
2.
Dukungan
terhadap isi/bahan pelajaran, artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta,
prinsip, konsep, dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih
mudah dipahami siswa.
3.
Kemudahan
memperoleh media, artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidaknya
mudah dibuat oleh guru waktu mengajar.
4.
Keterampilan
guru dalam menggunakannya, artinya apapun jenis media yang diperlukan syarat
utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pembelajaran.
5.
Tersedia
waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa
selama pembelajaran.
6.
Sesuai
dengan taraf berpikir siswa, memilih dan menggunakan media untuk pendidikan dan
pengajaran harus sesuai dengan taraf berpikir siswa, sehingga makna yang
terkandung di dalmnya dapat dipahami oleh siswa.
E.
Teknologi gabungan
Teknologi-teknologi
dapat dipadukan menjadi satu kesatuan untuk dijadikan sebagai alat
pembelajaran, yang disebut media teknologi mutakhir.
1.
Teleconference
Suatu
teknik komunikasi di mana kelompok-kelompok yang berada di lokasi geografis
berbeda menggunakan mikrofon dan amplifair khusus yang dihubungkan satu dengan
yang lainnya.
2.
Kuliah jarak jauh (telelecture)
Suatu teknik pengajaran di mana
seorang ahli dalam suatu bidang ilmu tertentu menghadapi sekelompok pendengar
yang mendengarkan melalui amplifair telepon.
3.
Computer-assisted instruction
Suatu sistem penyampaian materi
pelajaran yang berbasis mikroprosesor yang pelajarannya dirancang dan diprogram
ke dalam sistem tersebut.
4.
Hypertext
Suatu tulisan yang tak berurutan.
Dengan suatu sistem authoring (menulis), pengarang mampu menghubungkan
informasi dari bagian manapun dalam paket pelajaran itu.
5.
Hypermedia
Perluasan dari hypertext yang
menggabungkan media lain ke dalam teks. Dengan sistem hypermedia, pengarang
dapat membuat suatu korpus materi yang berkaitan yang meliputi teks, grafik,
video, musik, dan lain-lain.
6.
Sistem tutor intelejen
Pengajaran dengan bantuan komputer
yang memiliki kemampuan untuk berdialog dengan siswa dan melalui dialog itu
siswa dapat mengarahkan jalannya pelajaran.
7.
Interactive video
Suatu sistem penyampaian pengajaran
di mana materi video rekaman disajikan dengan pengendalian komputer kepada
siswa yang tidak hanya mendengar dan melihat video dan suara, tetapi juga
memberikan respons yang aktif.
8.
Compact
video disc
Sistem penyimpanan dan rekaman
video di mana signal audio-visual direkam pada disk plastik, bukan pada pita magnetik[9].
Ada beberapa pendekatan
yang berbeda untuk memperkenalkan para siswa kepada dunia komputer[10],
yaitu:
1. Membangun laboratorium komputer
2. Jika mungkin dan ada baiknya diusahakan
agar tiap kelas memiliki beberapa komputer.
3. Khusus di tingkat perguruan tinggi, masing-masing
departemen atau jurusan memiliki komputer sendiri-sendiri untuk kepentingan
studi akademis-mata kuliah.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Menurut Nana
Sudjana dalam bukunya Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, bahwa strategi
mengajar merupakan tindakan guru dalam melaksanakan rencana mengajar, artinya:
usaha guru dalam menggunakan beberapa variabel pengajaran seperti tujuan,
bahan, metode dan alat serta evaluasi, agar dapat mempengaruhi siswa mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Di dalam
memilih media pembelajaran, guru harus memperhatikan beberapa kategori atau
prinsip di bawah ini agar pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan
pembelajaran, yaitu: tujuan pemilihan, karakteristik media pembelajaran dan
alternatif pilihan.
Ada empat jenis media
pembelajaran, yaitu: alat visual, alat auditif, alat audio-visual, dan alat
tiga dimensi. Keempat media tersebut ada yang berpusat pada guru, dan ada juga
yang berpusat pada siswa.
Teknologi-teknologi
dapat dipadukan menjadi satu kesatuan untuk dijadikan sebagai alat
pembelajaran, disebut dengan media teknologi mutakhir.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar, Media Pengajaran. Jakarta, RajaGrafindo
Persada, 2000.
Bahri Djamarah,
Syaiful, dan Aswan, Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta, Rineka
Cipta,
1996.
Hamalik, Oemar, Media Pendidikan. Bandung, Citra Aditya
Bakti, 1989.
Hamalik, Oemar, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar
Berdasarkan CBSA.
Bandung,
Sinar Baru Algensindo, 2009.
Rohani, Ahmad, Media Instruksional Edukatif. Jakarta,
Rineka Cipta, 1997.
Sabri, Ahmad, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta,
Quantum Teaching, 2005.
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar
Proses Pendidikan).
Jakarta,
Kencana Media Group, 2008.
Sudjana, Nana,
dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran. Bandung,
Sinar Baru
Algensindo,
2002.
Sudjana, Nana,
dan Ahmad Rivai, Teknologi Pengajaran. Bandung,
Sinar Baru
Algensindo,
2003.
Warsita,
Bambang, Teknologi Pembelajaran (Landasan
dan Aplikasinya). Jakarta,
Rineka
Cipta, 2008.
[1] Bambang
Warsita, Teknologi Pembelajaran (Landasan
dan Aplikasinya), (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 284.
[3] Syaiful Bahri Djamarah, dan
Aswan, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1996), h. 143-144.
[5] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar
Proses Pendidikan), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), h. 128-129.
[6] Nana
Sudjana, dan Ahmad Rivai, Teknologi Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2003), h. 58.
[10] Oemar
Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar
Mengajar Berdasarkan CBSA, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), h. 29.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar