BAB I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia
pendidikan saat ini masih dihadapkan pada berbagai persoalan, mulai dari soal
rumusan tujuan pendidikan yang kurang sejalan dengan tuntutan masyarakat,
sampai kepada persoalan guru, metode, kurikulum dan lain sebagainya.
Filsafat
pendidikan Islam secara umum akan mengkaji berbagai masalah yang terdapat dalam
dunia pendidikan. Misalnya berkaitan dengan masalah metode pendidikan seperti
yang akan kita bahas dalam makalah ini. Untuk itu perlu untuk kita ketahui apa
yang dimaksud dengan metode pendidikan Islam, serta
metode-metode apa saja yang terdapat dalam dunia pendidikan.
Pendidikan Islam dalam
pelaksanaannya membutuhkan metode yang tepat untuk menghantarkan kegiatan
pendidikannya kearah tujuan yang dicita-citakan. Bagaimanapun baik dan
sempurnanya suatu kurikulum pendidikan Islam, ia tidak akan berarti apa-apa
manakala tidak memiliki metode atau cara yang tepat dalam mentransformasikannya
kepada peserta didik. Ketidaktepatan dalam penerapan metode secara praktis akan
menghambat proses belajar mengajar, karenanya metode adalah syarat untuk
efisiennya aktivitas kependidikan Islam.
1.2 Batasan Masalah
Untuk
memperjelas ruang lingkup pembahasan maka masalah yang dibahas dibatasi pada Pengertian Metode Pendidikan Islam, Asas-asas Umum Metode
Pendidikan Islam, Karakteristik Metode Pendidikan Islam.
1.3 Tujuan
Dari batasan masalah di atas, maka makalah ini ditulis
dengan tujuan sebagai berikut
a.
Untuk
menjelaskan dan memahami Pengertian Metode
Pendidikan Islam.
b.
Untuk
mengetahui Asas-asas Umum Metode
Pendidikan Islam.
c. Untuk menjelaskan dan memahami Karakteristik Metode Pendidikan Islam.
1.4 Metode Penulisan
Metode
yang di pakai dalam penyusunan makalah ini
1. Studi Pustaka
2. Browsing Internet
BAB
II.
HAKIKAT METODE DALAM
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
2.1 Pengertian Metode Pendidikan
Islam
Dalam bab
ini kita akan membahas tentang pengertian Metode Pendidikan Islam. Dimana
setiap kata akan kita bahas satu persatu yaitu: metode, Pendidikan, Pendidikan
Islam, Metode Pendidikan, Dan metode Pendidikan Islam. Tujuannya agar pembaca
lebih memahami secara mendalam tentang Metode Pendidikan Islam ini.
A. Pengertian Metode
Secara
literal metode berasal dari bahasa Greek (Yunani) yang terdiri
dari dua kosa kata, yaitu “meta” yang berarti melalui dan “hodos” yang
berarti jalan. Sedangkan pengertian menurut istilah metode adalah cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan
nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
Dalam
Bahasa Arab metode dikenal dengan istilah thariqah yang berarti
langkah-langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu
pekerjaan.[1] Sedangkan dalam bahasa
Inggris metode disebut method yang berarti cara dalam bahasa Indonesia.[2]
Mohammad
Athiyah al-Abrasy mendefinisikan metode sebagai jalan yang kita ikuti memberi
paham kepada murid-murid dalam segala macam pelajaran, dalam segala mata
pelajaran. Metode adalah rencana yang kita buat untuk diri kita sebelum kita
memasuki kelas, dan kita terapkan dalam kelas selama kita mengajar dalam kelas
itu. Kemudian Prof. Abd al-Rahim Ghunaimah menyebut metode sebagai cara-cara
yang diikuti oleh guru untuk menyampaikan sesuatu kepada anak didik. Adapun
Adgar Bruce Wesley mendefinisikan metode sebagai kegiatan yang terarah bagi
guru yang menyebabkan terjadinya proses belajar mengajar, hingga pengajaran
menjadi berkesan.[3]
Dalam
pandangan filosofis pendidikan, metode merupakan alat yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan. Alat itu mempunyai sifat ganda, yaitu bersifat
polipragmatis dan monopragmatis. Polipragmatis, bilamana metode itu mengandung
kegunaan yang serba ganda (multipurpoce). Misalnya, suatu metode
tertentu pada suatu situasi dan kondisi tertentu dapat dipergunakan untuk
merusak, dan pada situasi dan kondisi yang lain dapat dipergunakan untuk
memperbaiki dan membangun. Contohnya, penggunaan video cassete recorder (VRC)
untuk merekam semua jenis film, baik fornografis maupun yang moralis, yang hal
itu bila dipergunakan sebagai media pembelajaran, maka sasarannya dapat merusak
disamping dapat memperbaiki atau membangun. Monopragmatis adalah alat yang
hanya dapat dipergunakan untuk mencapai satu macam tujuan. Misalnya,
laboratorium ilmu alam, hanya dapat dipergunakan untuk eksperimen-eksperimen
bidang ilmu alam, tidak dapat dipergunakan untuk eksperimen bidang ilmu lain.[4]
B. Pengertian Pendidikan Islam
Setelah kita
membahas tentang metode, selanjutnya kita akan membahas tentang pendidikan
Islam. Tetapi terlebih dahulu kita akan membahas tentang pendidikan. Banyak
para pakar pendidikan yang mendefinisikan pendidikan secara berbeda-beda tetapi
pada intinya sama.
Beberapa ahli pendidikan di Barat yang memberikan arti pendidikan sebagai
proses antara lain: Menurut Mortimer J. Adler mengartikan pendidikan adalah
proses dengan mana semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh)
yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan
kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik dibuat dan
dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai
tujuan yang ditetapkan yaitu kebiasaan yang baik.
Menurut Prof. Sugarda Purbakawaca, dalam "Ensiklopedi
Pendidikan"nya, memberikan pengertian pendidikan, sebagai berikut:
"Pendidikan dalam arti luas meliputi semua perbuatan dan usaha dari
generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya
serta ketrampilannya (orang menamakan ini juga "mengalihkan"
kebudayaan, dalam bahasa Belanda: Cultuurover dracht) kepada generasi muda
sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmani
maupun rohani."[5]
Setelah
membahas Pendidikan selanjutnya kita akan memaparkan tentang pendidikan Islam.
Berikut ini adalah beberapa pengertian Pendidikan Islam secara terminologi yang
diformulasikan oleh para ahli Pendidikan Islam, diantaranya adalah:
a.
Menurut Al-Syaibaniy mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah
proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi,
masyarakat, dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara
pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktifitas asasi dan profesi diantara
sekian banyak profesi asasi dalam masyarakat.
b.
Menurut
Muhammad Fadhil al-Jamaly, mendefinisikan pendidikan Islam sebagai upaya
mengembangkan, mendorong serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis
dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia. Dengan
proses tersebut, diharapkan bisa membentuk pribadi peserta didik yang lebih
sempurna, baik yang berkaitan dengan potensi akal, perasaan, maupun perbuatannya.
c.
Ahmad D.
Marimba mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan atau pimpinan
secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta
didik menuju terbentuknya kepribadiannya yang utama (insan kamil).
d.
Ahmad Tafsir
mendefinisikan Pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh
seseorang, agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.[6]
Dari batasan
diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah suatu sistem yang
memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupannya sesuai
dengan ideologi Islam. Melalui pendekatan ini, ia akan dapat dengan mudah
membentuk kehidupan dirinya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam yang
diyakininya.
C. Metode Pendidikan Islam
Dari
beberapa pengertian yang diformulasikan oleh para pakar diatas tentang
pengertian Metode dan Pendidikan Islam. Kita dapat menyimpulkan tentang
pengertian Metode Pendidikan. Seperti yang dikemukakan oleh al-Syaibaniy yaitu,
segala segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka
kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan
peserta didiknya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan membimbing peserta
didik untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang
dikehendaki pada tingkah laku mereka.[7]
Ahmad Tafsir
secara umum membatasi bahwa metode pendidikan adalah semua cara yang digunakan
dalam upaya mendidik. Kemudian Abdul Munir Mulkan, mengemukakan bahwa metode
Pendidikan adalah suatu cara yang dipergunakan untuk menyampaikan atau
mentransformasikan isi atau bahan pendidikan kepada anak didik.[8]
Selanjutnya jika kata metode tersebut dikaitkan dengan pendidikan Islam,
dapat membawa arti sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri
seseorang sehingga dapat terlihat dalam pribadi objek sasaran, yaitu pribadi
Islami. Selain itu metode pendidikan Islam dapat diartikan
sebagai cara untuk memahami, manggali, dan mengembangkan ajaran Islam, sehingga
terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
2.2
Asas-asas Umum Metode Pendidikan Islam
Dalam
penerapannya, metode pendidikan Islam menyangkut permasalahan individual atau
social peserta didik dan pendidik itu sendiri. Untuk itu dalam menggunakan
metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan Islam. Sebab metode pendidikan
merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan, sehingga segala jalan
yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada asas-asas/dasar-dasar
metode pendidikan tersebut. Asas metode pendidikan Islam itu diantaranya
adalah:[9]
1.
Asas Agamis, maksudnya bahwa metode yang digunakan dalam
pendidikan Islam haruslah berdasarkan pada Agama. Sementara Agama Islam merujuk
pada Al Qur’an dan Hadits. Untuk itu, dalam pelaksanannya berbagai metode yang
digunakan oleh pendidik hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan yang muncul
secara efektif dan efesien yang dilandasi nilai-nilai Al Qur’an dan Hadits.
2.
Asas Biologis, Perkembangan biologis manusia
mempunyai pengaruh dalam perkembangan intelektualnya. Semakin dinamis
perkembangan biologis seseorang, maka dengan sendirinya makin meningkat pula
daya intelektualnya. Untuk itu dalam menggunakan metode pendidikan Islam
seorang guru harus memperhatikan perkembangan biologis peserta didik.
3.
Asas Psikologis. Perkembangan dan kondisi psikologis
peserta didik akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap penerimaan
nilai pendidikan dan pengetahuan yang dilaksanakan, dalam kondisi yang labil
pemberian ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai akan berjalan tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Oleh Karenanya Metode pendidikan Islam baru dapat
diterapkan secara efektif bila didasarkan pada perkembangan dan kondisi
psikologis peserta didiknya. Untuk itu seorang pendidik dituntut untuk
mengembangkan potensi psikologis yang tumbuh pada peserta didik. Sebab dalam
konsep Islam akal termasuk dalam tataran rohani.
4.
Asas sosiologis. Saat pembelanjaran berlangsung ada
interaksi antara pesrta didik dengan peserta didik dan ada interaksi antara
pendidik dengan peserta didik, atas dasar hal ini maka pengguna metode dalam
pendidikan Islam harus memperhatikan landasan atau dasar ini. Jangan sampai
terjadi ada metode yang digunakan tapi tidak sesuai dengan kondisi sosiologis
peserta didik, jika hal ini terjadi bukan mustahil tujuan pendidikan akan sulit
untuk dicapai.
Keempat asas di atas merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan dan harus diperhatikan oleh para pengguna metode
pendidikan Islam agar dalam mencapai tujuan tidak mengunakan metode yang tidak
tepat dan tidak cocok kondisi agamis, kondisi biologis, kondisi psikologis, dan
kondisi sosiologis peserta didik.
Sementara
dari sudut pandang pelaksanaannya, asas-asas pendidikan Islam dapat
diformulasikan kepada:[10]
1.
Asas
Motivasi, yaitu usaha pendidik untuk membangkitkan perhatian peserta didik
kearah bahan pelajaran yang sedang disajikan.
2.
Asas
Aktivitas, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk ambil bagian
secara aktif dan kreatif dalam seluruh kegiatan pendidikan yang dilaksanakan.
3.
Asas
Apersepsi, mengupayakan respon-respon tertentu dari peserta didik sehingga
mereka memperoleh perubahan pada tingkah laku, pembendaharaan konsep, dan
kekayaan akan informasi.
4.
Asas
Peragaan, yaitu memberikan variasi dalam cara-cara mengajar dengan mewujudkan
bahan yang diajarkan secara nyata, baik dalam bentuk aslinya maupun tiruan.
5.
Asas
Ulangan, yaitu usaha untuk mengetahui taraf kemajuan atau keberhasilan belajar
peserta didik dalam aspek pengetahuan, keterampilan dan
sikap.
6.
Asas
Korelasi, menghubungkan suatu bahan pelajaran dengan bahan pelajaran lainnya,
sehingga membentuk mata rantai yang erat.
7.
Asas
Konsentrasi, yaitu memfokuskan pada suatu pokok masalah tertentu dari
keseluruhan bahan pelajaran untuk melaksankan tujuan pendidikan serta
memperhatikan peserta didik dalam segala aspeknya.
8.
Asas
Individualisasi, yaitu memperhatikan perbedaan-perbedaan individual peserta
didik.
9.
Asas
Sosialisasi, yaitu menciptakan situasi sosial yang membangkitkan semangat
kerjasama antara peserta didik dengan pendidik atau sesama peserta didik dan
masyarakat, dalam menerima pelajaran agar lebih berdaya guna.
10.
Asas
Evaluasi, yaitu memperhatikan hasil dari penilaian terhadap kemampuan yang
dimiliki peserta didik sebagai umpan balik pendidik dalam memperbaiki cara
mengajar.
11.
Asas
Kebebasan, yaitu memberikan keleluasan keinginan dan tindakan bagi peserta
didik dengan dibatasi atas kebebasan yang mengacu pada hal-hal yang positif.
12.
Asas
Lingkungan, yaitu menentukan metode dengan berpijak pada pengaruh lingkungan
akibat interaksi dengan lingkungan.
13.
Asas
Globalisasi, yaitu memperhatikan reaksi peserta didik terhadap lingkungan
secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik,
sosial dan sebagainya.
14.
Asas
Pusat-Pusat Minat, yaitu memperhatikan kecenderungan jiwa yang tetap ke jurusan
suatu yang berharga bagi seseorang.
15.
Asas
Ketauladanan, yaitu memberikan contoh yang terbaik untuk ditiru dan ditauladani
peserta didik.
16.
Asas
Kebiasaan, yaitu mambiasakan hal-hal positif dalam diri peserta didik sebagai
upaya praktis dalam pembinaan mereka.
Metode pendidikan Islam harus digali, didayagunakan,
dan dikembangkan dengan mengacu pada asas-asas sebagaimana yang dikemukakan
diatas. Melalui aplikasi nilai-nilai Islam dalam proses penyampaian seluruh
materi pendidikan Islam, diharapkan proses itu dapat diterima, difahami, dihayati,
dan diyakini sehingga pada gilirannya memotivasi peserta didik untuk
mengamalkannya dalam bentuk nyata.
2.3
Karakteristik Metode Pendidikan Islam
Diantara
karakteristik metode pendidikan Islam:
1.
Keseluruhan proses penerapan metode pendidikan
Islam, mulai dari pembentukannya, penggunaannya sampai pada pengembangannya
tetap didasarkan pada nilai-nilai asasi Islam sebagai ajaran yang universal.
2.
Proses pembentukan, penerapan dan pengembangannya
tetap tidak dapat dipisahkan dengan konsep al-akhlak
al-karimah sebagai tujuan tertinggi dari pendidikan Islam.
3.
Metode pendidikan Islam bersifat luwes dan
fleksibel dalam artian senantiasa membuka diri dan dapat menerima perubahan
sesuai dengan situasi dan kondisi yang melingkupi proses kependidikan Islam
tersebut, baik dari segi peserta didik, pendidik, materi pelajaran dan
lain-lain.
4.
Metode pendidikan Islam berusaha sungguh-sungguh
untuk menyeimbangkan antara teori dan praktik.
5.
Metode pendidikan Islam dalam penerapannya
menekankan kebebasan peserta didik untuk berkreasi dan mengambil prakarsa dalam
batas-batas kesopanan dan akhlak karimah.
6.
Dari segi pendidik, metode pendidikan Islam lebih
menekankan nilai-nilai keteladanan dan kebebasan pendidik dalam menggunakan
serta mengkombinasikan berbagai metode pendidikan yang ada dalam mencapai
tujuan pengajaran.
7.
Metode pendidikan Islam dalam penerapannya
berupaya menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan bagi terciptanya
interaksi edukatif yang kondusif .
8.
Metode pendidikan Islam merupakan usaha untuk
memudahkan proses pengajaran dalam mencapai tujuannya secara efektif dan
efisien.[11]
Macam-macam Metode dalam Pendidikan Islam
Sebagai
ummat yang telah dianugerahi Allah Kitab AlQuran yang lengkap dengan petunjuk
yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal sebaiknya
menggunakan metode mengajar dalam pendidikan Islam yang prinsip dasarnya dari
Al Qur’an dan Hadits. Diantara metode- metode tersebut adalah:[12]
a.
Metode
Ceramah
Metode
ceramah adalah cara penyampaian informasi melalui penuturan secara lisan oleh
pendidik kepada peserta didik. Prinsip dasar metode ini terdapat di dalam Al
Qur’an :
!$£Jn=sù öNßg8pgUr& #sŒÎ) öNèd tbqäóö7tƒ ’Îû ÇÚö‘F{$# ÎŽötóÎ Èd,ysø9$# 3
$pkš‰r'¯»tƒ â¨$¨Z9$# $yJ¯RÎ) öNä3ãŠøót #’n?tã Nä3Å¡àÿRr& ( yì»tG¨B Ío4qu‹ysø9$# $u‹÷R‘‰9$# ( ¢OèO $uZø‹s9Î) öNä3ãèÅ_ótB Nä3ã¤Îm7t^ãZsù $yJÎ óOçFZä. šcqè=yJ÷ès? ÇËÌÈ
Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman
di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia, Sesungguhnya (bencana)
kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri (hasil kezalimanmu) itu hanyalah
kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami
kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan (Q.S. Yunus : 23)
b.
Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru
mengajukan beberapa pertanyaan kepada murid tentang bahan pelajaran yang telah
diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca. Prinsip dasar metode ini terdapat
dalam hadits Tanya jawab antara Jibril dan Nabi Muhammad tentang iman, islam,
dan ihsan.
Selain itu ada juga hadits yang lainnya seperti hadits yang artinya: Hadits
Qutaibah ibn Sa’id, hadits Lâis kata Qutaibah hadits Bakr yaitu ibn Mudhar dari
ibn Hâd dari Muhammad ibn Ibrahim dari Abi Salmah ibn Abdurrahmân dari Abu
Hurairah r.a. Rasulullah Saw. Bersabda: Bagaimana pendapat kalian seandainya
ada sungai di depan pintu salah seorang di antara kalian. Ia mandi di sana lima
kali sehari. Bagaimana pendapat kalian? Apakah masih akan tersisa kotorannya?
Mereka menjawab, tidak akan tersisa kotorannya sedikitpun.
Beliau bersabda: Begitulah
perumpamaan shalat lima waktu, dengannya Allah
menghapus dosa-dosa. (Muslim, I: 462-463)
c.
Metode Diskusi
Metode diskusi
adalah suatu cara penyajian/penyampaian bahan pelajaran dimana pendidik
memberikan kesempatan kepada peserta didik/membicarakan dan menganalisis secara
ilmiyah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai
alternative pemecahan atas sesuatu masalah. Abdurrahman Anahlawi menyebut
metode ini dengan sebutan hiwar (dialog)[13].
Prinsip
dasar metode ini terdapat dalam Al Qur’an Surat Assafat : 20-23 yang berbunyi :
(#qä9$s%ur $uZn=÷ƒuq»tƒ #x‹»yd ãPöqtƒ ÈûïÏd‰9$# ÇËÉÈ #x‹»yd ãPöqtƒ È@óÁxÿø9$# “Ï%©!$# OçGYä. ¾ÏmÎ šcqçÉj‹s3è? ÇËÊÈ * (#rçŽà³ôm$# tûïÏ%©!$# (#qçHs>sß öNßgy_ºurø—r&ur $tBur (#qçR%x. tbr߉ç7÷ètƒ ÇËËÈ `ÏB Èbrߊ «!$# öNèdr߉÷d$$sù 4’n<Î) ÅÞºuŽÅÀ ËLìÅspgø:$# ÇËÌÈ
Dan mereka
berkata:”Aduhai celakalah kita!” Inilah hari pembalasan. Inilah hari keputusan yang kamu selalu
mendustakannya (kepada Malaikat diperintahkan): “Kumpulkanlah orang-orang yang dzalim
beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah
Selain Allah. Maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka. (Q.S.
Assafat : 20-23)
Selain itu
terdapat juga dalam hadits yang artinya: Hadits Qutaibah ibn Sâ’id dan Ali ibn Hujr, katanya hadits Ismail dan dia ibn Ja’far dari ‘Alâ’ dari ayahnya
dari Abu Hurairah ra. bahwasnya Rasulullah saw. bersabda: Tahukah kalian siapa
orang yang muflis (bangkrut)?, jawab mereka; orang yang tidak memiliki dirham
dan harta. Rasul
bersabda; Sesungguhnya orang yang muflis dari ummatku adalah orang yang datang
pada hari kiamat dengan (pahala) shalat, puasa
dan zakat,. Dia datang tapi telah mencaci ini, menuduh ini, memakan harta orang
ini, menumpahkan darah (membunuh) ini dan memukul orang ini. Maka orang itu
diberi pahala miliknya. Jika kebaikannya telah habis sebelum ia bisa menebus
kesalahannya, maka dosa-dosa mereka diambil dan dicampakkan kepadanya, kemudian
ia dicampakkan ke neraka.(Muslim, t.t, IV: 1997)
d. Metode
Pemberian Tugas
Metode
pemberian tugas adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru memberikan
tugas-tugas tertentu kepada murid-murid, sedangkan hasil tersebut diperiksa
oleh guru dan murid harus mempertanggung jawabkannya.
Prinsip
dasar metode ini terdapat dalam Al Qur’an yang berbunyi :
$pkš‰r'¯»tƒ
ãÏoO£‰ßJø9$# ÇÊÈ óOè%
ö‘É‹Rr'sù ÇËÈ y7u‘ur ÷ŽÉi9s3sù ÇÌÈ y7t$u‹ÏOur
öÎdgsÜsù ÇÍÈ t“ô_”9$#ur öàf÷d$$sù
ÇÎÈ Ÿwur
`ãYôJs? çŽÏYõ3tGó¡n@
ÇÏÈ šÎhtÏ9ur
÷ŽÉ9ô¹$$sù
ÇÐÈ
Artinya :
·
Hai orang
yang berkemul (berselimut),
·
Bangunlah,
lalu berilah peringatan!
·
Dan Tuhanmu
agungkanlah!
·
Dan
pakaianmu bersihkanlah,
·
Dan
perbuatan dosa tinggalkanlah,
·
Dan
janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih
banyak.
·
Dan untuk
(memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
e.
Metode Demonstrasi
Metode demontrasi adalah suatu cara mengajar dimana guru mempertunjukan
tentang proses sesuatu, atau pelaksanaan sesuatu sedangkan murid
memperhatikannya. Prinsip dasarnya terdapat dalam hadits yang artinya: Hadits
dari Muhammad ibn Muşanna, katanya hadits dari Abdul Wahhâb katanya Ayyũb dari
Abi Qilâbah katanya hadits dari Mâlik. Kami
mendatangi Rasulullah saw. dan kami pemuda yang sebaya. Kami tinggal bersama
beliau selama (dua puluh malam) 20 malam. Rasulullah saw adalah seorang yang
penyayang dan memiliki sifat lembut. Ketika beliau menduga kami ingin pulang
dan rindu pada keluarga, beliau menanyakan tentang orang-orang yang kami tinggalkan dan kami
memberitahukannya. Beliau bersabda; kembalilah bersama keluargamu dan
tinggallah bersama mereka, ajarilah mereka dan suruhlah mereka. Beliau
menyebutkan hal-hal yang saya hapal dan yang saya tidak hapal. Dan shalatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat. (al-Bukhari, I: 226)
f.
Metode Eksperimen
Suatu cara
mengajar dengan menyuruh murid melakukan suatu percobaan, dan setiap proses dan
hasil percobaan itu diamati oleh setiap murid, sedangkan guru memperhatikan
yang dilakukan oleh murid sambil memberikan arahan. Prinsip dasar metode ini ada dalam hadits yang artinya: Hadits Adam,
katanya hadits Syu’bah ibn Abdurrahmân ibn Abzâ dari ayahnya, katanya seorang
laki-laki datang kepada Umar ibn Khattâb, maka katanya saya sedang janabat dan
tidak menemukan air, kata Ammar ibn Yasir kepada Umar ibn Khattâb, tidakkah
anda ingat ketika saya dan anda dalam sebuah perjalanan, ketika itu anda belum
shalat, sedangkan saya berguling-guling di tanah, kemudian saya shalat. Saya
menceritakannya kepada Rasul saw. kemudian Rasulullah saw. bersabda:
”Sebenarnya anda cukup begini”. Rasul memukulkan kedua telapak tangannya ke
tanah dan meniupnya kemudian mengusapkan keduanya pada wajah.(al-Bukhari, I:
129). Hadits di atas
tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong şiqah
dan şiqah hafiz, şiqah şubut. Menurut al-Asqalani, hadits ini mengajarkan sahabat tentang tata cara tayammum
dengan perbuatan. (Al-Asqalani, I: 444) Sahabat Rasulullah saw. melakukan upaya
pensucian diri dengan berguling di tanah ketika mereka tidak menemukan air
untuk mandi janabat. Pada akhirnya Rasulullah saw. memperbaiki ekperimen mereka
dengan mencontohkan tata cara bersuci menggunakan debu.
g. Metode
Amsal/Perumpamaan
Yaitu cara
mengajar dimana guru menyampaikan materi pembelajaran melalui contoh atau
perumpamaan. Prinsip
metode ini terdapat dalam Al Qur’an
öNßgè=sVtB È@sVyJx. “Ï%©!$# y‰s%öqtGó™$# #Y‘$tR !$£Jn=sù ôNuä!$|Êr& $tB ¼ã&s!öqym |=ydsŒ ª!$# öNÏdÍ‘qãZÎ öNßgx.ts?ur ’Îû ;M»yJè=àß žw tbrçŽÅÇö6ムÇÊÐÈ
Perumpamaan
mereka adalah seperti orang yang menyalakan api. Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah
hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan,
tidak dapat melihat. (Q.S. Albaqarah : 17)
Selain itu terdapat pula dalam hadits yang artinya; Hadits dari Muhammad
ibn Mutsanna dan lafaz darinya, hadits dari Abdul Wahhâb yakni as- Śaqafi, hadits
Abdullah dari Nâfi’ dari ibn Umar, Nabi saw. bersabda: Perumpamaan orang
munafik dalam keraguan mereka adalah seperti kambing yang kebingungan di tengah
kambing-kambing yang lain. Ia bolak balik ke sana ke sini.
(Muslim, IV: 2146)
Hadits di atas tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian
tergolong şiqah dan şiqah şubut, şiqah hâfiz, sedangkan ibn Umar adalah sahabat
Rasulullah saw. Menurut ath-Thîby (1417H, XI: 2634), orang-orang
munafik, karena mengikut hawa nafsu untuk memenuhi syahwatnya, diumpamakan
seperti kambing jantan yang berada di antara dua kambing betina. Tidak tetap
pada satu betina, tetapi berbolak balik pada ke duanya. Hal tersebut
diumpamakan seperti orang munafik yang tidak konsisten dengan satu komitmen.
Perumpamaan
dilakukan oleh Rasul saw. sebagai satu metode pembelajaran untuk memberikan
pemahaman kepada sahabat, sehingga materi pelajaran dapat dicerna dengan baik.
Matode ini dilakukan dengan cara menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain,
mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan yang lebih konkrit. Perumpamaan yang
digunakan oleh Rasulullah saw. sebagai satu metode pembelajaran selalu syarat
dengan makna, sehinga benar-benar dapat membawa sesuatu yang abstrak kepada
yang konkrit atau menjadikan sesuatu yang masih samar dalam makna menjadi
sesuatu yang sangat jelas.
h. Metode
Targhib dan Tarhib
Yaitu cara
mengajar dimana guru memberikan materi pembelajaran dengan menggunakan ganjaran
terhadap kebaikan dan hukuman terhadap keburukan agar peserta didik melakukan
kebaikan dan menjauhi keburukan.
Prinsip
dasarnya terdapat dalam hadits yang artinya: Hadits Abdul Aziz ibn Abdillah katanya menyampaikan padaku
Sulaiman dari Umar ibn Abi Umar dari Sâ’id ibn Abi Sa’id al-Makbârî dari Abu
Hurairah, ia berkata: Ya Rasulullah, siapakah yang paling bahagia mendapat
syafa’atmu pada hari kiamat?, Rasulullah saw bersabda: Saya sudah menyangka,
wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada yang bertanya tentang hadits ini seorangpun yang mendahului mu, karena saya
melihat semangatmu untuk hadits. Orang
yang paling bahagia dengan syafaatku ada hari Kiamat adalah orang yang
mengucapkan ”Lâilaha illa Allah” dengan ikhlas dari hatinya atau dari
dirinya.(al-Bukhari, t.t, I: 49)
Selain itu ada juga hadits yang lainnya yang artinya : Hadits Ahmad ibn Shalih,
hadits Abdullah ibn Wahhab, Umar memberitakan padaku dari Bakr ibn Suadah
al-Juzâmi dari Shâlih ibn Khaiwân dari Abi Sahlah as-Sâ’ib ibn Khallâd, kata
Ahmad dari kalangan sahabat Nabi saw. bahwa ada seorang yang menjadi imam shalat
bagi sekelompok orang, kemudian dia meludah ke arah kiblat dan Rasulullah saw.
melihat, setelah selesai salat Rasulullah saw. bersabda ”jangan lagi dia
menjadi imam shalat bagi kalian”… (Sijistani, t.t, I: 183).
Hadits di atas tergolong syarîf marfū’ dengan kualitas perawi yang sebagian
tergolong şiqah hâfiz, şiqah dan şiqah azaly. Memberikan
hukuman (marah) karena orang tersebut tidak layak menjadi imam. Seakan-akan
larangan tersebut disampaikan beliau tampa kehadiran imam yang meludah ke arah
kiblat ketika shalat. Dengan
demikian Rasulullah Saw. memberi
hukuman mental kepada seseorang yang berbuat tidak santun dalam beribadah dan
dalam lingkungan social.
Sanksi dalam
pendidikan mempunyai arti penting, pendidikan yang terlalu lunak akan membentuk
pelajar kurang disiplin dan tidak mempunyai keteguhan hati. Sanksi tersebut
dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut, dengan teguran, kemudian
diasingkan dan terakhir dipukul dalam arti tidak untuk menyakiti tetapi untuk
mendidik. Kemudian dalam menerapkan sanksi fisik hendaknya dihindari kalau
tidak memungkinkan, hindari memukul wajah, memukul sekedarnya saja dengan
tujuan mendidik, bukan balas dendam.
i. Metode
pengulangan (tikror)
Yaitu cara
mengajar dimana guru memberikan materi ajar dengan cara mengulang-ngulang
materi tersebut dengan harapan siswa bisa mengingat lebih lama materi yang
disampaikan.
Prinsip
dasarnya terdapat dalam hadits yang artinya: Hadits Musaddad ibn
Musarhad hadits Yahya dari Bahzâ ibn Hâkim, katanya hadits dari ayahnya katanya
ia mendengar Rasulullah saw bersabda: Celakalah bagi orang yang berbicara dan
berdusta agar orang-orang tertawa. Kecelakaan baginya, kecelakaan baginya.
(As-Sijistani, t.t, II: 716).
Hadits di atas tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi
yang sebagian tergolong şiqah dan şiqah hafiz, şiqah sadũq. Rasulullah saw.
mengulang tiga kali perkataan ”celakalah”, ini menunjukkan bahwa pembelajaran
harus dilaksanakan dengan baik dan benar, sehingga materi pelajaran dapat
dipahami dan tidak tergolong pada orang yang merugi.
Satu proses
yang penting dalam pembelajaran adalah pengulangan/latihan atau praktek yang
diulang-ulang. Baik latihan mental dimana seseorang membayangkan dirinya
melakukan perbuatan tertentu maupun latihan motorik yaitu melakukan perbuatan
secara nyata merupakan alat-alat bantu ingatan yang penting. Latihan mental,
mengaktifkan orang yang belajar untuk membayangkan kejadian-kejadian yang sudah
tidak ada untuk berikutnya bayangan-bayangan ini membimbing latihan motorik.
Proses pengulangan juga dipengaruhi oleh taraf perkembangan seseorang.
Kemampuan melukiskan tingkah laku dan kecakapan membuat model menjadi kode
verbal atau kode visual mempermudah pengulangan. Metode pengulangan dilakukan
Rasulullah saw. ketika menjelaskan sesuatu yang penting untuk diingat para
sahabat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari uraian
singkat diatas dapat kami simpulkan beberapa hal, yaitu ternyata dalam dunia
pendidikan memiliki banyak metode pendidikan. Karena dalam pendidikan seorang
pendidikan tidak hanya mengenal satu karakter orang saja tetapi banyak
karakter, hal ini menyebabkan ketika pendidik sedang mengajar akan menghadapi
masalah yang berbeda-beda. Disamping itu metode pendidikan merupakan jembatan
yang bisa menghubungkan pendidik dengan peserta didik, seandainya metode ini
tidak ada pendidik akan kesulitan dalam menerapkan kurikulum dan tujuan yang
ingin dicapainya.
Semoga bermanfaat bagi kita semua, khususnya generasi
muda yang akan terjun dimasyarakat tentunya harus mempunyai bekal yang matang
dan baik.
3.2 Saran
Metode
pendidikan sangat penting dalam dunia pendidikan, untuk itu setiap pendidik
hendaknya mengetahui tentang metode pendidikan. Bukan saja secara formal tetapi
yang tidak formalpun harus diketahui. Banyak para ahli pendidikan dahulu maupun
sekarang memformulasikan metode pendidikan, tetapi pada kenyataannya memiliki satu tujuan yaitu membentuk manusia yang terdidik.
DAFTAR PUSTAKA
Omar Mohammad Al-Thoumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam,
Terjemahan Hasan Lalunggung, (Jakarta:Bulan Bintang, 1979),
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis
dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002),
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta :
Kalam Mulia, 2008
http://dekigusman.blogspot.com/2011/07/makalah-metode-pendidikan-islam-dalam.html diakses
tanggal 30 April 2012
http://profilaminkutbi.blogspot.com/2010/01/makalah-metode-penelitian-pendidikan_19.html diakses
tanggal 30 April 2012
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2192344-karakteristik-metode-pendidikan-islam/#ixzz1tNL4ycwY diakses tanggal 30 April 2012
[1] Shalih Abd. Al
Aziz, at tarbiyah wa thuriq al tadris, kairo, maarif, 119 H, hal. 196 dalam
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2008, hal. 2-3.
[2] John M Echol dan
Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama, 1995, hal. 379.
[3] Jalaluddin
dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, Konsep dan Perkembangan
pemikirannya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), 52-53.
[4] Samsul
Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis,
(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 67.
[5] Tadjab, Pengantar
Filsafat Pendidikan Islam, (Malang: Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel,
1984), 39.
[7] Omar
Mohammad Al-Thoumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Terjemahan Hasan
Lalunggung, (Jakarta:Bulan Bintang, 1979), 553.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar