Rabu, 04 Juli 2012


Bab I
Pendahuluan
Pada hakikatnya yang disebut pendidikan adalah pengaruh, bimbingan, arahan yang dilakukan secara sadar dari orang dewasa kepada anak yang belum dewasa agar menjadi dewasa, mandiri dan memiliki kepribadian yang utuh dan matang. Kepribadian yang utuh dan matang tersebut yang dimaksudkan mencakup aspek cipta, rasa dan karsanya.
Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal atau yang diakui oleh masyarakat. Gerakan reformasi Indonesia, secara umum menuntut diterangkainya prinsip demokrasi, desentralisasi, keadilan dan menjunjung tinggi HAM dan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam hubungannya dengan pendidikan, prinsip-prinsip tersebut akan memberikan dampak yang mendasar pada kandungan proses dan manajemen pendidikan. Selain itu, IPTEK berkembang pesat dan memunculkan tuntutan baru dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam system pendidikan. Tuntutan tersebut menyangkut pembaharuan system pendidikan, diantaranya pembaharuan kurikulum yaitu deservikasi. Deservikasi jenis pendidikan yang dilakukan secara professional, penyusunan standar kualifikasi pendidikan yang sesuai dengan tuntutan pelaksanaan tugas secara professional, penyusunan standar pendanaan pendidikan untuk setiap satuan pendidikan sesuai prinsip-prinsip pemerataan dan keadilan, pelaksanaan manajemen pendidikan berbasis sekolah dan otonomi perguruan tinggi, serta menyelenggarakan pendidikan dengan system terbuka.







BAB II
PEMBAHASAN      
A.    Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. (Pustekom Depdikbud).[1] Sementara itu, Gagne dan Briggs (1975) secara implisit mengatakan media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, flim, slide, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer.[2]
Sedangkan menurut Djamarah dan Aswan Zain  bahwa media pembelajaran adalah penyalur informasi belajar atau pesan dari guru kepada siswa.[3] Berdasarkan ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan sarana atau alat bantu yang digunakan guru, dalam rangka meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi disajikan dalam proses interaksi pembelajaran.
B.     Fungsi Media Pembelajaran
Secara garis besarnya fungsi media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu;
1.      Membantu guru dalam bidang tugasnya
Media pembelajaran bila digunakan secara tepat dapat membantu mengatasi kelemahan dan kekurangan guru dalam pembelajaran, baik penugasan materi maupun metedologi pembelajarannya. Menurut analisis teknologi pembelajaran bahwa penggunaan media dalam pembelajaran, diantaranya dapat:
a.       Meningkatkan produktifitas pesan-pesan pembelajaran yang disajikan, karena ia dapat mempercepat pemahaman pembelajar terhadap materi yang bersangkutan, sehingga secara langsung membantu penggunaan waktu secara efektif, dan meringankan beban guru yang bersangkutan.
b.      Membantu pembelajar mengembangkan kemampuan aktivitas kejiwaan pebelajar untuk memahami pesan menurut daya analisisnya. Pengembangan daya analisis dan nalar ini merupakan salah satu fungsi pembelajaran.
c.       Membantu mengintegrasikan pesan-pesan pembelajaran dengan materi ilmu bantu yang erat kaitannya dengan materi pembelajaran yang disajikannya. Misalnya bagaimana berakhlak yang baik kepada masyarakat, kepada lingkungan dan sebagainya.[4]
2.      Membantu para pebelajar
Dengan menggunakan berbagai media pembelajaran yang dipilih secara tepat dan berdaya guna dapat membantu pebelajar dalam hal berikut:
a.       Lebih meningkatkan daya kepahaman terhadap materi pembelajaran.
b.      Dapat lebih mempercepat daya cerna pebelajar terhadap materi yang disajikan.
c.       Merangsang cara berpikir pebelajar.
d.      Membantu memperjelas pengalaman langsung yang pernah dialami mereka dalam kehidupan.
e.       Dapat membantu merangsang kegiatan kejiwaan pebelajar untuk memahami materi pembelajaran. Aspek-aspek kejiwaan seperti pengamatan, tanggapan, daya ingatan, emosi, berpikir, fantasi, intelegensi dan sebagainya dapat dibangun oleh media pembelajaran yang tepat dalam memilihnya.
3.      Memperbaiki pembelajaran (proses belajar mengajar)
Penggunaan media pembelajaran yang dipilih secara tepat dan berdaya guna dapat membantu dalam memperbaiki pembelajaran, antara lain sebagai berikut:
a.       Jika dalam implementasi pembelajaran tidak memperoleh hasil yang diinginkan sesuai standar minimal, maka kewajiban guru untuk mengulangi pembelajaran tersebut. Di sinilah media dapat membantu dalam mempertinggi hasil yang akan dicapai, media yang digunakan lebih ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya.
b.      Penggunaan media yang satu ternyata belum dapat memuaskan guru dalam pembelajaran, maka pada pembelajaran berikutnya guru dapat menggunakan media yang lain, agar dapat mencapai hasil yang maksimal.
C.    Kedudukan Media dalam Pembelajaran
Untuk lebih memperjelas kedudukan atau posisi media pembelajaran, ada baiknya akan dikemukakan pembahasan karakteristik umum siswa dan tipe belajar siswa, agar dapat menentukan media yang sesuai dengan karakteristik siswa itu sendiri. Ada tujuh tipe belajar siswa, yaitu; visual, auditif, kenestetik, taktil, olfaktoris, gustatif, dan kombinatif.[5]
a.       Tipe siswa yang visual
Tipe belajar siswa yang visual ini adalah mereka yang mengandalkan aktivitas belajarnya kepada materi pelajaran yang dilihatnya. Di sini yang memegang peranan penting dalam cara belajarnya adalah mata atau daya penglihatan (visual). Bila pendidik kurang mengaktifkan alat indera matanya, siswa demikian tidak berhasil dalam proses belajar, karena satu-satunya alat indera yang aktif dan dominan dalam dirinya adalah mata.
b.      Tipe siswa yang auditif
Siswa yang bertipe ini mengandalkan kesuksesan belajarnya kepada alat pendengarannya yaitu telinga. Bagi siswa yang bertipe ini materi yang disajikan kepadanya lebih cepat diserapnya bila penyajian dilakukan secara lisan. Ucapan guru yang jelas dan terang dengan intonasi yang tepat akan segera diserapnya dan materi tersebut akan menjadi bagian dari dirinya.
c.       Tipe siswa yang kinestetik
Siswa yang bertipe ini ini mengandalkan kesuksesan belajarnya kepada gerakan atau apa yang dilakukannya. Bagi siswa yang bertipe ini materi yang disajikan kepadanya lebih cepat diserapnya bila penyajian dilakukan secara demonstrasi.
d.      Tipe siswa yang taktil
Taktil berarti rabaan atau sentuhan. Murid yang bertipe taktil adalah siswa yang mengandalkan penyerapan hasil pembelajaran melalui alat peraba, yaitu tangan dan kulit atau bagian luar tubuh. Melalui alat rabanya ini ia sangat cekatan memperaktikkan hasil pembelajaran yang diterimanya. Misalnya bila ia disuruh mengatur ruang ibadah (membentangkan tikar shalat), menentukan buah-buahan yang busuk, rusak walupun ia tak melihatnya secara baik. Tapi dengan sentuhan tangannya ia segera akan mengetahui benda yang dirabanya.
e.       Tipe siswa yang olfaktoris
Tipe olfaktoris yaitu mudah mengikuti pelajaran dengan menggunakan alat indera  penciuman. Bila ada materi pelajaran yang menggunakan penciuman seperti bau air/cairan ia akan cepat sekali beraksi dibandingkan dengan kawan-kawannya yang tidak bertipe seperti dia. Tipe siswa ini akan sangat cepat menyesuaikan dirinya dengan suasana bau lingkungan. Mungkin siswa yang demikian akan baik sekali apabila bekerja dilaboratorium yang menggunakan materi bau-bauan. Seperti untuk mengetahui adanya gas dari pipa yang bocor.
f.       Tipe siswa yang gustative
Siswa yang bertipe gustatif (gustation = kemampuan mencicipi) adalah mereka yang mencirikan belajarnya lebih mengandalkan lidah. Mereka akan lebih cepat memahami apa yang dipelajarinya melalui indera kecapnya untuk mengetahui berbagai rasa (asam, manis, pahit, dan lain-lain). Mungkin untuk pelajaran berwudhu, siswa yang demikian ini akan tahu ada air yang telah berubah rasanya.
g.      Tipe siswa yang kombinatif
Peserta didik yang bertipe ini dalam hal kefungsionalannya alat inderanya adalah yang terbanyak di dalam setiap kelas. Artinya seseorang siswa dapat dan mampu mengikuti pelajaran dengan menggunakan lebih dari satu alat inderanya. Ia dapat menggunakan mata dan telinganya sekaligus ketika belajar, seperti pendidik memperagakan sesuatu sambil menjelaskannya. Maka siswa yang bertipe ini akan lebih memudahkan bagi pendidik dalam menyampaikan pelajaran kepadanya.
Untuk siswa yang bertipe seperti ini diperlukan keterampilan dari si pendidik dalam memilih media pengajaran yang cocok untuk menyampaikan pokok bahasannya. Sebab itu usahakanlah mengenali tipe-tipe belajar siswa yang menjadi tanggung jawab pendidik. Maka media pembelajaran audio visual, seperti televisi dan rekaman pita lewat layar monitor akan memudahkan mereka menyerap bahan pelajaran yang disajikan[6].
Dari penjelasan tersebut jelas bahwa posisi atau kedudukan media dalam pembelajaran merupakan medium dalam penyampaian pesan-pesan pembelajaran yang harus tetap dikendalikan, dimanipulasi, dan akuntabilitasnya di tangan seorang guru.
D.    Pemanfaatan Media Pembelajaran
Pemanfaatan media pembelajaran sekarang semakin canggih, seiring dengan kecanggihan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga manfaatnya sangat dirasakan oleh pelaksana pembelajaran, seperti dapat membantu dalam mempercepat penyampaian materi, mempermudah daya kepahaman siswa, dan lain-lain. Secara lebih rinci manfaat penggunaan media pembelajaran, diantaranya adalah:
a.       Memberikan feed back untuk penyempurnaan pembelajaran yang telah berlangsung atau yang akan direncanakan.
b.      Memberikan pengalaman pengayaan (enrichment) secara langsung kepada pebelajar terhadap apa yang telah disampaikan oleh pembelajar.
c.       Membiasakan pebelajar untuk lebih meyakinkan terhadap pembelajaran yang diajarkan, sehingga akan menimbulkan rasa hormat dan kagum terhadap pembelajar.
d.      Perasaan pebelajar akan terasa mendalam dalam dirinya dengan bertemunya konsep yang diajarkan pembelajar dengan yang didapatnya di luar sekolah.
e.       Secara tidak langsung pebelajar membiasakan mengadakan studi komparasi terhadap materi yang diberikan guru dengan yang diperolehnya dari media pembelajaran di luar sekolah.
E.     Keterbatasan Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan alat bantu dalam pembelajaran yang juga mempunyai keterbatasan-keterbatasan, diantaranya:
a.       Pemakaian media pembelajaran hanya sebagai alat bantu dalam pembelajaran, bukan pengganti guru.
b.      Media yang menggunakan listrik, maka sangat bergantung terhadap daya listrik tersebut.
c.       Terkadang ada juga media yang memerlukan adanya penataan ruang yang khusus.
d.      Mempersiapkan beberapa media pembelajaran memerlukan waktu yang cukup lama.
e.       Kalau terjadi kerusakan mendadak, sangat menganggu dan tidak dapat digunakan untuk selanjutnya.
f.       Perlu adanya pemeliharaan yang ekstra hati-hati, khususnya yang bersifat elektronik, agar dapat digunakan dalam jangka waktu lama.
F.     Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran
Kegiatan pemilihan media pengajaran ini merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses penggunaan media pengajaran, karena apabila keliru dalam media pengajarannya, maka keberhasilan proses berikutnya juga akan terpengaruh. Berkaitan dengan hal tersebut, maka terdapat sejumlah prinsip-prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam memilih media pengajaran. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Kesesuaian dengan tujuan pengajaran; Pemilihan media pengajaran harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran yang akan dicapai. Jika tujuan pengajaran yang akan dicapai lebih bersifat kognitif, maka harus digunakan media pengajaran yang merangsang kemampuan berpikir aktif.[7]
b.      Dukungan terhadap isi bahan pembelajaran; artinya bahan pelajaran yang bersifat fakta, prinsip, dan konsep sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa.
c.       Kemudahan memproleh media; artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar.
d.      Keterampilan guru dalam menggunakannya; apa pun jenis media yang digunakan syarat utamanya adalah guru dapat mengguankannya dalam proses pembelajaran.
e.       Tersedianya waktu untuk menggunakannya; sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung.
f.       Sesuai dengan taraf berpikir siswa; memilih media untuk pembelajaran harus sesuai dengan taraf kemampuan siswa, sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh siswa.[8]
G.    Kriteria Penggunaan Media Pembelajaran
Mengingat banyak ragam dan karakteristik media pembelajaran, tentu guru akan berusaha memilihnya dengan cermat sehingga media tersebut dapat dipergunakan secara tepat. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, guru perlu mendapat latihan praktek secara terus-menerus, sistematis dan latihan pelayanan.
Prinsip umum yang harus dihayati guru dalam menggunakan media sebagai alat bantu antara lain adalah:
a.       Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber data pelengkap.
b.      Guru dalam menggunakan media pengajaran hendaknya memahami benar tingkat hirarki jenis alat dan kegunaannya.
c.       Dalam menggunakan media pengajaran sebaiknya diuji kegunaan sebelumnya, selama dan sesudah penggunaannya sehingga guru benar-benar memperhitungkan untung rugi dan kebaikan dalam pemilihan media penggunaan jenis media tersebut.
d.      Media pengajaran dapat efektif dan efisiensi penggunaannya apabila diorganisasi secara sistematis.
e.       Penggunaan multi media pengajaran akan menguntungkan dan memperlancar proses belajar siswa serta merangsang gairah belajar siswa.
Kesadaran terhadap penggunaan berbagai media pendidikan tersebut sangat penting jika harus memanfaatkan media secara efektif. Oemar Hamalik  mengatakan bahwa: Dalam memanfaatkan media pembelajaran hendaknya guru memiliki  sejumlah kemampuan tertentu agar penggunaan media tersebut dapat mencapai hasil yang baik. Kemampuan-kemampuan  itu antara lain;
a.       Menganalisis  dengan   tepat   dan   jelas   tujuan  instruksional yang akan dicapai.
b.      Menetapkan ciri-ciri pokok atau utama atas hal-hal yang dipelajari;
c.       Menentukan jenis media dengan tepat.
d.      Menetapkan atau memperhitungkan subjek  dengan  tepat.[9]
Berikut ini akan dibahas beberapa kemampuan guru dalam memanfaatkan media  pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan di sekolah.
a)      Menganalisis dengan tepat dan jelas tujuan instruksional yang akan dicapai
Dalam mendesain kegiatan instruksional  langkah pertama yang harus dikerjakan guru adalah menetapkan tujuan instruksional secara tepat dan jelas. Suatu  analisis atas tujuan instruksional yang tepat dan jelas membantu guru selanjutnya dalam mendefinisikan jenis–jenis belajar yang akan diberikan serta ciri-ciri utama atau kriteria yang mana harus dilibatkan dalam kegiatan instruksional. Informasi ini akan memberikan dasar untuk mengambil keputusan tentang media mana yang akan digunakan.
b)      Menetapkan ciri-ciri pokok atas hal-hal yang dipelajari
Sesudah tujuan instruksional selesai dirumuskan dan dianalisis maka pemilihan dan penggunaan media ditentukan. Secara langsung dengan memperhatikan berbagai konsep, prinsip dan keterampilan motorik yang harus dipelajari oleh siswa. dalam merangcang kegiatan instruksional harus menentukan ciri–ciri pokok atau kriteria bahan pengajaran yang akan disampaikan kepada siswa dapat dikemukakan secara lebih baik melalui media tertentu, misalnya slide atau televisi. Atau hal itu harus disampaikan dengan menggunakan media lainnya, seperti transparansi.
c)      Menentukan jenis media pembelajaran dengan tepat
Sebaiknya guru memiliki kemampuan untuk memilih media mana yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang akan diajarkan.Tehnik yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan, bahan, metode waktu dan sarana yang ada. Seorang guru harus memanfaatkan media pada situasi dan kondisi yang telah diatur sedemikian rupa. Tentu tidak setiap atau selama kegiatan  mengajar selalu menggunakan media.
Selain itu dalam menentukan jenis media pembelajaran keefektifan  juga harus diperihatikan oleh guru meliputi apakah dengan memanfaatkan media  informasi pembelajaran dapat diserap oleh siswa dengan optimal, sehingga menimbulkan perubahan tingkah lakunya.  Ada media pembelajaran yang dipandang secara efektif untuk mencapai tujuan, namun proses pencapaiannya tidak efisien baik dalam pengadaannya maupun di dalam penggunaannya. Demikian sebaliknya, ada media yang efisien dalam pengadaannya namun tidak efektif dalm pencapaian hasilnya.
d)     Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat
Dalam memanfaatkan media pembelajaran perlu dipertimbangkan tingkat kemampuan  dan kematangan siswa. Guru tidak boleh memilih suatu media pembelajaran atas dasar kemauan sendiri. Untuk menghindari pengaruh subyektivitas guru, alangkah baiknya apabila dalam memilih media pembelajaran itu guru meminta pandangan atau saran dari guru yang serumpun atau guru yang dianggap  ahli untuk itu, dengan melibatkan siswa.
H.    Fungsi Media Dalam Komunikasi Pembelajaran
Pada hakikatnya pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa. Sebagai komunikan pada pembelajaran di atas adalah siswa, sedangkan komunikatornya menurut prinsip pendidikan modern adalah guru dan siswa sendiri. Proses komunikasi yang mungkin terjadi selama proses pembelajaran adalah:
a.       Komunikasi searah, dalam hal ini komunikasi yang dimaksud hanya terjadi dari guru kepada siswa. Karena komunikasi di atas hanya terjadi dari guru kepada siswa, maka model komunikasi ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (a) kadar keaktifan siswa rendah, (b) sebagai komunikator hanya guru, (c) sebagai komunikannya hanya siswa, dan (d) jika dalam pembelajaran terjadi peragaan, maka kegiatan guru lebih cenderung bersifat demonstrasi.
b.      Komunikasi dua arah, kedua arah ini antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan guru. Beberapa ciri komunikasi dua arah ini di antaranya: (a) kegiatan siswa sudah mulai tampak, (b) guru maupun siswa bisa sebagai komunikator, (c) jika pembelajaran terjadi peragaan, maka kegiatan guru akan lebih bervariasi dalam menggunakan metode.
c.       Komunikasi banyak arah (multi arah), yaitu antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa atau antara siswa dengan guru. Beberapa ciri komunikasi multiarah di antaranya: (a) kadar keaktifan siswa tinggi, (b) guru maupun siswa bisa sebagai komunikator, (c) pembelajaran akan terjadi lebih bervariasi, (d) fungsi peragaan tidak hanya bersifat demonstrasi, tetapi juga bersifat eksperimen bagi para siswa.
Komunikasi yang efektif banyak juga tergantung pada keaktifan penerima. Penerima mungkin bereaksi (mengadakan feed back) berupa pertanyaan, jawaban pertanyaan atau perbuatan, baik secara mental maunpun fisik. Adanya umpan balik ini memungkinkan komunikator mengadakan perbaikan-perbaikan cara komunikasi yang pernah dilakukan.
Untuk menghindari atau mengurangi kemungkinan-kemungkinan terjadinya salah komunikasi, maka harus digunakan sasaran yang bisa membantu proses komunikasi, yaitu media.
I.       Klasifikasi dan Jenis Media Pembelajaran
Mempelajari dan memahami banyaknya klasifikasi media pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli, yang mereka mempunyai sudut pandang masing-masing. Sedangkan, Rohani  Ahmadi mengatakan bahwa media pembelajaran yang telah dikenal dewasa ini, secara Ahmadi mengatakan bahwa media pembelajaran yang telah dikenal dewasa ini, secara garis besar terdiri dari 3 (tiga) jenis yaitu ; (a) media auditif  adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara  saja; (b) media visual  adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan; (c) media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur  gambar.[10]
Maka dapat dikemukakan klasifikasi media pembelajaran paling tidak ada lima macam, yaitu:
1.      Media tanpa proyeksi dua dimensi (hanya punya ukuran panjang dan lebar), seperti: gambar, bagan, grafik, poster, peta dasar dan sebagainya.
2.      Media tanpa proyeksi tiga dimensi (punya ukuran panjang, lebar, dan tebal/tinggi) seperti: benda sebenarnya, model, boneka, dan sebagainya.
3.      Media audio (media dengar), seperti: radio dan tape recorder.
4.      Media dengan proyeksi (media yang diproyeksikan), seperti: flim, slide, flimstrip, dan sebagainya.
5.      Televisi (TV) dan video tape recorder (VTR). TV adalah alat untuk melihat gambar dan mendengarkan suara dari jarak yang jauh. VTR adalah alat untuk merekam, menyimpan dan menampilkan kembali secara serempak suara dan gambar dari suatu objek.
Jika dirinci beberapa jenis media secara satu persatu antara lain dapat disebutkan sebagai berikut:
1.      Media tanpa proyeksi dua dimensi
a.       Fotografi/gambar
b.      Diagram
c.       Bagan/chart
d.      Grafik
e.       Kartun
f.       Poster
2.      Media tanpa proyeksi tiga dimensi
a.       Benda sebenarnya
b.      Model
c.       Peta
d.      Boneka, dll.
3.      Media audio
a.       Radio
b.      Tape recorder
c.       Laboratorium bahasa
d.      CD & MP3
4.      Televisi
5.      Komputer
6.      Video Compact Disc (VCD)
7.      Media dengan proyeksi
a.       OHP (overhead projektor)
b.      Slide
c.       Flim
d.      LCD
e.       Opaque projector (projektor tanpa tembus pandang)



Bab III
Penutup
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. (Pustekom Depdikbud). Sementara itu, Gagne dan Briggs (1975) secara implisit mengatakan media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, flim, slide, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer.
Secara garis besarnya fungsi media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu; (1) membantu guru dalam bidang tugasnya, (2) membantu para pebelajar, (3) memperbaiki pembelajaran. Sedangkan keterbatasan media pembelajaran di antaranya; (1) pemakaian media pembelajaran hanya sebagai alat bantu, bukan pengganti guru, (2) media yang menggunakan listrik, maka sangat bergantung terhadap daya listrik tersebut, (3) perlu adanya pemeliharaan yang ekstra hati-hati, khususnya yang bersifat elektronik, agar dapat digunakan dalam jangka waktu lama.
media pembelajaran yang telah dikenal dewasa ini, secara garis besar terdiri dari 3 (tiga) jenis yaitu ; (a) media auditif  adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara  saja; (b) media visual  adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan; (c) media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur  gambar.


[1] . Muhammad Ramli, Media dan Teknologi Pembelajaran, (Banjarmasin : Copyperdana, 2008), h, 1
[2] . Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), h, 4
[3] . Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rineka Cipta , 2002),  h. 136.
[4] . Muhammad Ramli, Op.cit, h, 3
[5] . Ibid, h, 4
[6] . Ibid, h, 6
[7] . Abuddin Nata, Persfektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, ( Jakarta : Kencana, 2009), H, 305
[8] . Jamaludin. Pembelajaran Yang Efektif. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Siswa.(Jakarta: Depag RI, 2002), h,  25
[9] . Oemar Hamalik. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan. CBSA. (Bandung: Sinar Baru, 1987).  h. 76.
[10] . Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi. Pengelolaan Pengajaran. (Jakarta:. Rineka Cipta, 1991), h.  59

Tidak ada komentar:

Posting Komentar