Bab I
Pendahuluan
Pada hakikatnya yang disebut pendidikan adalah
pengaruh, bimbingan, arahan yang dilakukan secara sadar dari orang dewasa
kepada anak yang belum dewasa agar menjadi dewasa, mandiri dan memiliki
kepribadian yang utuh dan matang. Kepribadian yang utuh dan matang tersebut
yang dimaksudkan mencakup aspek cipta, rasa dan karsanya.
Manusia membutuhkan pendidikan dalam
kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan
potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal atau
yang diakui oleh masyarakat. Gerakan reformasi Indonesia, secara umum menuntut
diterangkainya prinsip demokrasi, desentralisasi, keadilan dan menjunjung
tinggi HAM dan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam hubungannya dengan pendidikan,
prinsip-prinsip tersebut akan memberikan dampak yang mendasar pada kandungan
proses dan manajemen pendidikan. Selain itu, IPTEK berkembang pesat dan
memunculkan tuntutan baru dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam system
pendidikan. Tuntutan tersebut menyangkut pembaharuan system pendidikan,
diantaranya pembaharuan kurikulum yaitu deservikasi. Deservikasi jenis
pendidikan yang dilakukan secara professional, penyusunan standar kualifikasi
pendidikan yang sesuai dengan tuntutan pelaksanaan tugas secara professional,
penyusunan standar pendanaan pendidikan untuk setiap satuan pendidikan sesuai
prinsip-prinsip pemerataan dan keadilan, pelaksanaan manajemen pendidikan
berbasis sekolah dan otonomi perguruan tinggi, serta menyelenggarakan
pendidikan dengan system terbuka.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Media
Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa
Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti
perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari
pengirim ke penerima pesan. (Pustekom Depdikbud).[1]
Sementara itu, Gagne dan Briggs (1975) secara implisit mengatakan media
pembelajaran meliputi alat yang secara fisik yang digunakan untuk menyampaikan
isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder,
kaset, video camera, video recorder, flim, slide, foto, gambar, grafik,
televisi, dan komputer.[2]
Sedangkan menurut Djamarah dan Aswan Zain bahwa media pembelajaran adalah penyalur
informasi belajar atau pesan dari guru kepada siswa.[3]
Berdasarkan ketiga pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan sarana atau alat bantu yang
digunakan guru, dalam rangka meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi
disajikan dalam proses interaksi pembelajaran.
B.
Fungsi Media Pembelajaran
Secara garis besarnya fungsi
media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu;
1.
Membantu guru dalam bidang
tugasnya
Media pembelajaran bila
digunakan secara tepat dapat membantu mengatasi kelemahan dan kekurangan guru
dalam pembelajaran, baik penugasan materi maupun metedologi pembelajarannya.
Menurut analisis teknologi pembelajaran bahwa penggunaan media dalam
pembelajaran, diantaranya dapat:
a.
Meningkatkan produktifitas pesan-pesan
pembelajaran yang disajikan, karena ia dapat mempercepat pemahaman pembelajar
terhadap materi yang bersangkutan, sehingga secara langsung membantu penggunaan
waktu secara efektif, dan meringankan beban guru yang bersangkutan.
b.
Membantu pembelajar
mengembangkan kemampuan aktivitas kejiwaan pebelajar untuk memahami pesan
menurut daya analisisnya. Pengembangan daya analisis dan nalar ini merupakan
salah satu fungsi pembelajaran.
c.
Membantu mengintegrasikan
pesan-pesan pembelajaran dengan materi ilmu bantu yang erat kaitannya dengan
materi pembelajaran yang disajikannya. Misalnya bagaimana berakhlak yang baik
kepada masyarakat, kepada lingkungan dan sebagainya.[4]
2.
Membantu para pebelajar
Dengan menggunakan berbagai
media pembelajaran yang dipilih secara tepat dan berdaya guna dapat membantu
pebelajar dalam hal berikut:
a.
Lebih meningkatkan daya
kepahaman terhadap materi pembelajaran.
b.
Dapat lebih mempercepat daya
cerna pebelajar terhadap materi yang disajikan.
c.
Merangsang cara berpikir pebelajar.
d.
Membantu memperjelas
pengalaman langsung yang pernah dialami mereka dalam kehidupan.
e.
Dapat membantu merangsang
kegiatan kejiwaan pebelajar untuk memahami materi pembelajaran. Aspek-aspek
kejiwaan seperti pengamatan, tanggapan, daya ingatan, emosi, berpikir, fantasi,
intelegensi dan sebagainya dapat dibangun oleh media pembelajaran yang tepat
dalam memilihnya.
3.
Memperbaiki pembelajaran
(proses belajar mengajar)
Penggunaan media pembelajaran
yang dipilih secara tepat dan berdaya guna dapat membantu dalam memperbaiki
pembelajaran, antara lain sebagai berikut:
a.
Jika dalam implementasi
pembelajaran tidak memperoleh hasil yang diinginkan sesuai standar minimal,
maka kewajiban guru untuk mengulangi pembelajaran tersebut. Di sinilah media
dapat membantu dalam mempertinggi hasil yang akan dicapai, media yang digunakan
lebih ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya.
b.
Penggunaan media yang satu
ternyata belum dapat memuaskan guru dalam pembelajaran, maka pada pembelajaran
berikutnya guru dapat menggunakan media yang lain, agar dapat mencapai hasil
yang maksimal.
C.
Kedudukan Media dalam
Pembelajaran
Untuk lebih memperjelas
kedudukan atau posisi media pembelajaran, ada baiknya akan dikemukakan
pembahasan karakteristik umum siswa dan tipe belajar siswa, agar dapat
menentukan media yang sesuai dengan karakteristik siswa itu sendiri. Ada tujuh
tipe belajar siswa, yaitu; visual, auditif, kenestetik, taktil, olfaktoris,
gustatif, dan kombinatif.[5]
a.
Tipe siswa yang visual
Tipe belajar siswa yang visual
ini adalah mereka yang mengandalkan aktivitas belajarnya kepada materi
pelajaran yang dilihatnya. Di sini yang memegang peranan penting dalam cara
belajarnya adalah mata atau daya penglihatan (visual). Bila pendidik kurang
mengaktifkan alat indera matanya, siswa demikian tidak berhasil dalam proses
belajar, karena satu-satunya alat indera yang aktif dan dominan dalam dirinya
adalah mata.
b.
Tipe siswa yang auditif
Siswa yang bertipe ini
mengandalkan kesuksesan belajarnya kepada alat pendengarannya yaitu telinga.
Bagi siswa yang bertipe ini materi yang disajikan kepadanya lebih cepat
diserapnya bila penyajian dilakukan secara lisan. Ucapan guru yang jelas dan
terang dengan intonasi yang tepat akan segera diserapnya dan materi tersebut
akan menjadi bagian dari dirinya.
c.
Tipe siswa yang kinestetik
Siswa yang bertipe ini ini
mengandalkan kesuksesan belajarnya kepada gerakan atau apa yang dilakukannya.
Bagi siswa yang bertipe ini materi yang disajikan kepadanya lebih cepat
diserapnya bila penyajian dilakukan secara demonstrasi.
d.
Tipe siswa yang taktil
Taktil berarti rabaan atau
sentuhan. Murid yang bertipe taktil adalah siswa yang mengandalkan penyerapan
hasil pembelajaran melalui alat peraba, yaitu tangan dan kulit atau bagian luar
tubuh. Melalui alat rabanya ini ia sangat cekatan memperaktikkan hasil
pembelajaran yang diterimanya. Misalnya bila ia disuruh mengatur ruang ibadah
(membentangkan tikar shalat), menentukan buah-buahan yang busuk, rusak walupun
ia tak melihatnya secara baik. Tapi dengan sentuhan tangannya ia segera akan
mengetahui benda yang dirabanya.
e.
Tipe siswa yang olfaktoris
Tipe olfaktoris yaitu mudah
mengikuti pelajaran dengan menggunakan alat indera penciuman. Bila ada materi pelajaran yang
menggunakan penciuman seperti bau air/cairan ia akan cepat sekali beraksi
dibandingkan dengan kawan-kawannya yang tidak bertipe seperti dia. Tipe siswa
ini akan sangat cepat menyesuaikan dirinya dengan suasana bau lingkungan.
Mungkin siswa yang demikian akan baik sekali apabila bekerja dilaboratorium
yang menggunakan materi bau-bauan. Seperti untuk mengetahui adanya gas dari
pipa yang bocor.
f.
Tipe siswa yang gustative
Siswa yang bertipe gustatif
(gustation = kemampuan mencicipi) adalah mereka yang mencirikan belajarnya
lebih mengandalkan lidah. Mereka akan lebih cepat memahami apa yang
dipelajarinya melalui indera kecapnya untuk mengetahui berbagai rasa (asam,
manis, pahit, dan lain-lain). Mungkin untuk pelajaran berwudhu, siswa yang
demikian ini akan tahu ada air yang telah berubah rasanya.
g.
Tipe siswa yang kombinatif
Peserta didik yang bertipe ini
dalam hal kefungsionalannya alat inderanya adalah yang terbanyak di dalam
setiap kelas. Artinya seseorang siswa dapat dan mampu mengikuti pelajaran
dengan menggunakan lebih dari satu alat inderanya. Ia dapat menggunakan mata
dan telinganya sekaligus ketika belajar, seperti pendidik memperagakan sesuatu
sambil menjelaskannya. Maka siswa yang bertipe ini akan lebih memudahkan bagi
pendidik dalam menyampaikan pelajaran kepadanya.
Untuk siswa yang bertipe
seperti ini diperlukan keterampilan dari si pendidik dalam memilih media
pengajaran yang cocok untuk menyampaikan pokok bahasannya. Sebab itu
usahakanlah mengenali tipe-tipe belajar siswa yang menjadi tanggung jawab
pendidik. Maka media pembelajaran audio visual, seperti televisi dan rekaman
pita lewat layar monitor akan memudahkan mereka menyerap bahan pelajaran yang
disajikan[6].
Dari penjelasan tersebut jelas
bahwa posisi atau kedudukan media dalam pembelajaran merupakan medium dalam
penyampaian pesan-pesan pembelajaran yang harus tetap dikendalikan,
dimanipulasi, dan akuntabilitasnya di tangan seorang guru.
D.
Pemanfaatan Media Pembelajaran
Pemanfaatan media pembelajaran
sekarang semakin canggih, seiring dengan kecanggihan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sehingga manfaatnya sangat dirasakan oleh pelaksana
pembelajaran, seperti dapat membantu dalam mempercepat penyampaian materi,
mempermudah daya kepahaman siswa, dan lain-lain. Secara lebih rinci manfaat
penggunaan media pembelajaran, diantaranya adalah:
a.
Memberikan feed back
untuk penyempurnaan pembelajaran yang telah berlangsung atau yang akan
direncanakan.
b.
Memberikan pengalaman
pengayaan (enrichment) secara langsung kepada pebelajar terhadap apa yang telah
disampaikan oleh pembelajar.
c.
Membiasakan pebelajar untuk
lebih meyakinkan terhadap pembelajaran yang diajarkan, sehingga akan
menimbulkan rasa hormat dan kagum terhadap pembelajar.
d.
Perasaan pebelajar akan terasa
mendalam dalam dirinya dengan bertemunya konsep yang diajarkan pembelajar
dengan yang didapatnya di luar sekolah.
e.
Secara tidak langsung
pebelajar membiasakan mengadakan studi komparasi terhadap materi yang diberikan
guru dengan yang diperolehnya dari media pembelajaran di luar sekolah.
E.
Keterbatasan Media
Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan
alat bantu dalam pembelajaran yang juga mempunyai keterbatasan-keterbatasan,
diantaranya:
a.
Pemakaian media pembelajaran
hanya sebagai alat bantu dalam pembelajaran, bukan pengganti guru.
b.
Media yang menggunakan listrik,
maka sangat bergantung terhadap daya listrik tersebut.
c.
Terkadang ada juga media yang
memerlukan adanya penataan ruang yang khusus.
d.
Mempersiapkan beberapa media
pembelajaran memerlukan waktu yang cukup lama.
e.
Kalau terjadi kerusakan
mendadak, sangat menganggu dan tidak dapat digunakan untuk selanjutnya.
f.
Perlu adanya pemeliharaan yang
ekstra hati-hati, khususnya yang bersifat elektronik, agar dapat digunakan
dalam jangka waktu lama.
F.
Kriteria Pemilihan Media
Pembelajaran
Kegiatan pemilihan media
pengajaran ini merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan
proses penggunaan media pengajaran, karena apabila keliru dalam media pengajarannya,
maka keberhasilan proses berikutnya juga akan terpengaruh. Berkaitan dengan hal
tersebut, maka terdapat sejumlah prinsip-prinsip yang perlu dipertimbangkan
dalam memilih media pengajaran. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai
berikut:
a.
Kesesuaian dengan tujuan
pengajaran; Pemilihan media pengajaran harus disesuaikan dengan tujuan
pengajaran yang akan dicapai. Jika tujuan pengajaran yang akan dicapai lebih
bersifat kognitif, maka harus digunakan media pengajaran yang merangsang
kemampuan berpikir aktif.[7]
b.
Dukungan terhadap isi bahan
pembelajaran; artinya bahan pelajaran yang bersifat fakta, prinsip, dan konsep
sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa.
c.
Kemudahan memproleh media;
artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat
oleh guru pada waktu mengajar.
d.
Keterampilan guru dalam
menggunakannya; apa pun jenis media yang digunakan syarat utamanya adalah guru
dapat mengguankannya dalam proses pembelajaran.
e.
Tersedianya waktu untuk menggunakannya;
sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pengajaran
berlangsung.
f.
Sesuai dengan taraf berpikir
siswa; memilih media untuk pembelajaran harus sesuai dengan taraf kemampuan
siswa, sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh siswa.[8]
G.
Kriteria Penggunaan Media
Pembelajaran
Mengingat banyak ragam dan
karakteristik media pembelajaran, tentu guru akan berusaha memilihnya dengan
cermat sehingga media tersebut dapat dipergunakan secara tepat. Dalam kaitannya
dengan hal tersebut, guru perlu mendapat latihan praktek secara terus-menerus,
sistematis dan latihan pelayanan.
Prinsip umum yang harus
dihayati guru dalam menggunakan media sebagai alat bantu antara lain adalah:
a.
Media pengajaran hendaknya
dipandang sebagai sumber data pelengkap.
b.
Guru dalam menggunakan media
pengajaran hendaknya memahami benar tingkat hirarki jenis alat dan kegunaannya.
c.
Dalam menggunakan media
pengajaran sebaiknya diuji kegunaan sebelumnya, selama dan sesudah
penggunaannya sehingga guru benar-benar memperhitungkan untung rugi dan
kebaikan dalam pemilihan media penggunaan jenis media tersebut.
d.
Media pengajaran dapat efektif
dan efisiensi penggunaannya apabila diorganisasi secara sistematis.
e.
Penggunaan multi media
pengajaran akan menguntungkan dan memperlancar proses belajar siswa serta
merangsang gairah belajar siswa.
Kesadaran terhadap penggunaan berbagai media
pendidikan tersebut sangat penting jika harus memanfaatkan media secara
efektif. Oemar Hamalik mengatakan bahwa: Dalam memanfaatkan media
pembelajaran hendaknya guru memiliki sejumlah kemampuan tertentu agar
penggunaan media tersebut dapat mencapai hasil yang baik.
Kemampuan-kemampuan itu antara lain;
a.
Menganalisis dengan tepat
dan jelas tujuan instruksional yang akan dicapai.
b.
Menetapkan ciri-ciri pokok atau utama atas hal-hal yang
dipelajari;
c.
Menentukan jenis media
dengan tepat.
Berikut ini akan dibahas beberapa kemampuan guru dalam
memanfaatkan media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan di sekolah.
a)
Menganalisis dengan
tepat dan jelas tujuan instruksional yang akan dicapai
Dalam mendesain kegiatan instruksional langkah
pertama yang harus dikerjakan guru adalah menetapkan tujuan instruksional
secara tepat dan jelas. Suatu analisis atas tujuan instruksional yang
tepat dan jelas membantu guru selanjutnya dalam mendefinisikan jenis–jenis belajar
yang akan diberikan serta ciri-ciri utama atau kriteria yang mana harus
dilibatkan dalam kegiatan instruksional. Informasi ini akan memberikan dasar
untuk mengambil keputusan tentang media mana yang akan digunakan.
b)
Menetapkan ciri-ciri
pokok atas hal-hal yang dipelajari
Sesudah tujuan instruksional selesai dirumuskan dan
dianalisis maka pemilihan dan penggunaan media ditentukan. Secara langsung
dengan memperhatikan berbagai konsep, prinsip dan keterampilan motorik yang
harus dipelajari oleh siswa. dalam merangcang kegiatan instruksional harus
menentukan ciri–ciri pokok atau kriteria bahan pengajaran yang akan disampaikan
kepada siswa dapat dikemukakan secara lebih baik melalui media tertentu,
misalnya slide atau televisi. Atau hal itu harus disampaikan dengan menggunakan
media lainnya, seperti transparansi.
c)
Menentukan jenis media
pembelajaran dengan tepat
Sebaiknya guru memiliki kemampuan untuk memilih media
mana yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang akan diajarkan.Tehnik
yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan, bahan, metode waktu dan sarana
yang ada. Seorang guru harus memanfaatkan media pada situasi dan kondisi yang
telah diatur sedemikian rupa. Tentu tidak setiap atau selama kegiatan
mengajar selalu menggunakan media.
Selain itu dalam menentukan jenis media pembelajaran
keefektifan juga harus diperihatikan oleh guru meliputi apakah dengan
memanfaatkan media informasi pembelajaran dapat diserap oleh siswa dengan
optimal, sehingga menimbulkan perubahan tingkah lakunya. Ada media pembelajaran
yang dipandang secara efektif untuk mencapai tujuan, namun proses pencapaiannya
tidak efisien baik dalam pengadaannya maupun di dalam penggunaannya. Demikian
sebaliknya, ada media yang efisien dalam pengadaannya namun tidak efektif dalm
pencapaian hasilnya.
d) Menetapkan atau
memperhitungkan subjek dengan tepat
Dalam memanfaatkan media pembelajaran perlu
dipertimbangkan tingkat kemampuan dan kematangan siswa. Guru tidak boleh
memilih suatu media pembelajaran atas dasar kemauan sendiri. Untuk menghindari
pengaruh subyektivitas guru, alangkah baiknya apabila dalam memilih media
pembelajaran itu guru meminta pandangan atau saran dari guru yang serumpun atau
guru yang dianggap ahli untuk itu, dengan melibatkan siswa.
H.
Fungsi Media Dalam Komunikasi Pembelajaran
Pada hakikatnya pembelajaran
merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa. Sebagai komunikan pada
pembelajaran di atas adalah siswa, sedangkan komunikatornya menurut prinsip
pendidikan modern adalah guru dan siswa sendiri. Proses komunikasi yang mungkin
terjadi selama proses pembelajaran adalah:
a.
Komunikasi searah, dalam hal
ini komunikasi yang dimaksud hanya terjadi dari guru kepada siswa. Karena
komunikasi di atas hanya terjadi dari guru kepada siswa, maka model komunikasi
ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (a) kadar keaktifan siswa rendah, (b)
sebagai komunikator hanya guru, (c) sebagai komunikannya hanya siswa, dan (d)
jika dalam pembelajaran terjadi peragaan, maka kegiatan guru lebih cenderung
bersifat demonstrasi.
b.
Komunikasi dua arah, kedua
arah ini antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan guru. Beberapa ciri
komunikasi dua arah ini di antaranya: (a) kegiatan siswa sudah mulai tampak,
(b) guru maupun siswa bisa sebagai komunikator, (c) jika pembelajaran terjadi
peragaan, maka kegiatan guru akan lebih bervariasi dalam menggunakan metode.
c.
Komunikasi banyak arah (multi
arah), yaitu antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa atau
antara siswa dengan guru. Beberapa ciri komunikasi multiarah di antaranya: (a)
kadar keaktifan siswa tinggi, (b) guru maupun siswa bisa sebagai komunikator,
(c) pembelajaran akan terjadi lebih bervariasi, (d) fungsi peragaan tidak hanya
bersifat demonstrasi, tetapi juga bersifat eksperimen bagi para siswa.
Komunikasi yang efektif banyak
juga tergantung pada keaktifan penerima. Penerima mungkin bereaksi (mengadakan
feed back) berupa pertanyaan, jawaban pertanyaan atau perbuatan, baik secara
mental maunpun fisik. Adanya umpan balik ini memungkinkan komunikator
mengadakan perbaikan-perbaikan cara komunikasi yang pernah dilakukan.
Untuk menghindari atau
mengurangi kemungkinan-kemungkinan terjadinya salah komunikasi, maka harus
digunakan sasaran yang bisa membantu proses komunikasi, yaitu media.
I.
Klasifikasi dan Jenis Media Pembelajaran
Mempelajari dan memahami
banyaknya klasifikasi media pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli, yang
mereka mempunyai sudut pandang masing-masing. Sedangkan, Rohani Ahmadi mengatakan bahwa media
pembelajaran yang telah dikenal dewasa ini, secara Ahmadi mengatakan bahwa media
pembelajaran yang telah dikenal dewasa ini, secara garis besar terdiri dari 3
(tiga) jenis yaitu ; (a) media auditif adalah media yang hanya
mengandalkan kemampuan suara saja; (b) media visual adalah media yang hanya mengandalkan
indra penglihatan; (c) media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara
dan unsur gambar.[10]
Maka dapat dikemukakan klasifikasi
media pembelajaran paling tidak ada lima macam, yaitu:
1.
Media tanpa proyeksi dua
dimensi (hanya punya ukuran panjang dan lebar), seperti: gambar, bagan, grafik,
poster, peta dasar dan sebagainya.
2.
Media tanpa proyeksi tiga
dimensi (punya ukuran panjang, lebar, dan tebal/tinggi) seperti: benda
sebenarnya, model, boneka, dan sebagainya.
3.
Media audio (media dengar),
seperti: radio dan tape recorder.
4.
Media dengan proyeksi (media
yang diproyeksikan), seperti: flim, slide, flimstrip, dan sebagainya.
5.
Televisi (TV) dan video tape
recorder (VTR). TV adalah alat untuk melihat gambar dan mendengarkan suara dari
jarak yang jauh. VTR adalah alat untuk merekam, menyimpan dan menampilkan
kembali secara serempak suara dan gambar dari suatu objek.
Jika dirinci beberapa jenis
media secara satu persatu antara lain dapat disebutkan sebagai berikut:
1.
Media tanpa proyeksi dua
dimensi
a.
Fotografi/gambar
b.
Diagram
c.
Bagan/chart
d.
Grafik
e.
Kartun
f.
Poster
2.
Media tanpa proyeksi tiga
dimensi
a.
Benda sebenarnya
b.
Model
c.
Peta
d.
Boneka, dll.
3.
Media audio
a.
Radio
b.
Tape recorder
c.
Laboratorium bahasa
d.
CD & MP3
4.
Televisi
5.
Komputer
6.
Video Compact Disc (VCD)
|
7.
Media dengan proyeksi
a.
OHP (overhead projektor)
b.
Slide
c.
Flim
d.
LCD
e.
Opaque projector (projektor
tanpa tembus pandang)
|
Bab III
Penutup
Kata media berasal dari bahasa
Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti
perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari
pengirim ke penerima pesan. (Pustekom Depdikbud). Sementara itu, Gagne dan
Briggs (1975) secara implisit mengatakan media pembelajaran meliputi alat yang
secara fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang
terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video
recorder, flim, slide, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer.
Secara garis besarnya fungsi
media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu; (1) membantu guru
dalam bidang tugasnya, (2) membantu para pebelajar, (3) memperbaiki
pembelajaran. Sedangkan keterbatasan media pembelajaran di antaranya; (1)
pemakaian media pembelajaran hanya sebagai alat bantu, bukan pengganti guru,
(2) media yang menggunakan listrik, maka sangat bergantung terhadap daya
listrik tersebut, (3) perlu adanya pemeliharaan yang ekstra hati-hati,
khususnya yang bersifat elektronik, agar dapat digunakan dalam jangka waktu
lama.
media pembelajaran yang telah dikenal dewasa ini, secara garis besar terdiri dari 3
(tiga) jenis yaitu ; (a) media auditif adalah media yang hanya
mengandalkan kemampuan suara saja; (b) media visual adalah media yang hanya mengandalkan
indra penglihatan; (c) media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara
dan unsur gambar.
[3] . Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rineka Cipta ,
2002), h. 136.
[5]
. Ibid, h, 4
[7] . Abuddin Nata, Persfektif
Islam Tentang Strategi Pembelajaran, ( Jakarta : Kencana, 2009), H, 305
[8] . Jamaludin. Pembelajaran Yang Efektif. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Siswa.(Jakarta: Depag RI, 2002), h, 25
[9] . Oemar Hamalik. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan.
CBSA. (Bandung: Sinar Baru, 1987). h. 76.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar